Jumat 17 Jun 2016 13:51 WIB

Pemkot Galakkan Angkot Konversi BBM ke Gas

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Friska Yolanda
Beberapa Bajaj antre mengisi BBG di Envogas Pertamina, Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Senin (5/10).
Foto: Republika/ Wihdan
Beberapa Bajaj antre mengisi BBG di Envogas Pertamina, Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Senin (5/10).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung akan mulai menggalakkan penggunaan energi ramah lingkungan, terutama untuk transportasi umum di Kota Bandung. Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengatakan akan mengkonversi penggunaan bahan bakar minyak (BBM) pada angkutan kota (angkot) ke gas (BBG). 

Ridwan menilai, pengalihan BBM ke gas memberikan banyak manfaat. Selain lebih ramah lingkungan, pria yang akrab disapa Emil ini menyebutkan penggunaan gas sebagai bahan bakar kendaraan akan lebih menghemat pengeluaran sopir.

“Pesannya begitu, jadi sopir angkot bisa menabung karena biaya gas lebih murah dibanding biaya bensin,” kata kata Emil di Kota Bandung, Jumat (17/6).

Berdasarkan hasil kajian, dengan menggunakan gas, sopir dapat menghemat hingga Rp 14 juta dalam satu tahun. Jumlah ini dapat dimanfaatkan untuk pengeluaran lain ketimbang membeli BBM.

Emil sangat mendukung program konversi gas yang bekerja sama dengan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN). Targetnya, dalam 12 bulan ke depan, ribuan transportasi umum dapat menggunakan gas sebagai bahan bakar utama.

Sopir tidak perlu takut kesulitan mencari pasokan gas. PGN akan menjamin pasokan mudah didapatkan, terutama di terminal.

Direktur Utama PGN Hendi Prio Santoso mengatakan sangat mendukung konversi bbm ke gas untuk transportasi publik. Tak hanya ramah lingkungan, BBG merupakan hasil produksi tanah air, sehingga tidak bergantung pada impor bbm.

“Kita akan menyediakan energi gas bumi untuk mengganti BBM, gas bumi lebih ramah lingkungan dan produksi dalam negeri. Jadi kita mengurangi kebutuhan terhadap energi impor,” kata Hendi.

Senada dengan yang disampaikan Emil, Hendi menyebutkan berdasarkan pengakuan sopir yang telah menggunakan gas, penghematan pengeluaran sangat terasa. Setidaknya, sopir dapat menghemat 30 persen untuk kebutuhan lainnya.

“Dengar cerita bapak (sopir angkot), sehari dia bisa keluar Rp 100 ribu untuk BBM, tapi dengan gas, dia hemat Rp 30 ribu,” ujar Hendi.

Untuk tahap awal, sudah ada 10 angkot yang dikonversikan menggunakan gas. Angkot yang sudah dikonversi merupakan trayek Antapani-Ciroyom.

Untuk lokasi pengisian gas, Hendi menyebutkan telah menyediakan tanki gas pengisian di Terminal Antapani. Sehingga, sopir dapat mengisi bahan bakar sebelum beroperasi. Jika frekuensinya bertambah, kemungkinan akan dibangun tanki di terminal-terminal lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement