Rabu 15 Jun 2016 06:00 WIB

Relawan Perlaya di Negeri Syam

Hamza semasa hidup
Foto:
Hamza semasa hidup

REPUBLIKA.CO.ID,  Dari pengalaman membagikan roti dan paket pangan di Kota Aleppo itu, saya melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana akibat kekejaman perang. Bangunan-bangunan yang hancur menjadi saksi hilangnya nyawa ribuan manusia. Juga ratusan ribu anak manusia yang terhenti penghasilannya akibat perang yang melanda dan terpaksa harus merelakan dirinya untuk antre makanan setiap pagi. 

Hamza sering bercerita bagaimana pilu dan merana nya masyarakat di Suriah setelah terjadi perang.Ratusan Ribu orang-orang yang mengalir untuk mengungsi ke Aleppo dan juga masyarakat yang termiskinkan akibat perang menjadi problema kemanusiaan tersendiri yang tidak dapat terselesaikan dengan hanya diskusi dan debat kusir semata. Belum lagi anak anak yang tidak lagi dapat bersekolah, karena gedung sekolahnya penuh sesak dengan para pengungsi yang berasal dari luar Kota Aleppo.

Sekembali dari Aleppo dan kembali ke Jakarta, kami pun terus berkomunikasi. Dari mulai menanyakan kabar berita hingga membahas berbagai program.

Berita tentang rusak beratnya tempat yang kami diami juga hancurnya mobil sedan hitam yang biasa kami tumpangi setiap hari akibat ledakan bom pun saya terima serta beberapa foto kehancuran yang membuat hati menjadi miris.

Dan...takdir yang digariskan Allah SWT pun tiba...

Di suatu pagi di bulan suci Ramadhan, sebuah serangan udara dengan menabur bom, menyasar di kawasan tempat Hamza dan beberapa relawan kemanusiaan tinggal.

Seorang relawan bercerita. Seperti biasa, pagi itu Hamza sedang di jalan, untuk menyiapkan paket-paket roti dan pangan lainnya untuk sedianya di gunakan untuk berbuka shaum bagi para pengungsi dan orang-orang miskin di Kota Aleppo. Pada saat itulah sebuah bom jatuh dari udara dan meledak sekitar 10 meter di hadapannya..

Hamza perlaya (menemui ajal) seketika itu juga...

Berita duka itu saya terima menjelang Maghrib ketika sedang berkendara di sebuah kawasan di Cibubur. Berita yang langsung membuat terhenyak, nyesek, dan menangis, seraya terus mendoakan dan mengenangkannya. 

Seorang relawan kemanusiaan sejati yang periang, cekatan, berhati baik dan saleh telah menghadap rabNya. Semoga Allah SWT menerima segala amal baiknya dan menempatkannya di tempat terbaik di sisiNya.

Ribuan masyarakat Kota Aleppo yang mengenalnya menangisi kepergian pemuda lajang berusia 25 tahun itu. Pemuda yang senantiasa hadir mengisi hari-hari para pengungsi dengan membawakan berbagai bantuan pangan, obat, dan kasih sayangnya, telah tiada, menghadap ke haribaanNya. 

Beberapa ulama besar di Timur Tengah memberitakan kepergiannya, menceritakan keteladanannya, mengabarkan kebaikannya, serta mendoakannya semoga relawan kemanusiaan yang selalu berupaya membantu orang lain dengan hati ikhlas itu di terima di tempat terbaik disisi Allah SWT dan diberikan jannahNnya.

“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu ) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya “. (QS Al Baqarah ayat 154)

Kadang terbayang, mengenangkan ketika almarhum bercerita tentang kondisi Suriah yang hancur lebur akibat peperangan yang berkepanjangan. Tentang betapa banyaknya jiwa manusia yang mati, anak-anak yang kehilangan bapak ibunya, bocah bocah yang menjadi cacat seumur hidup, dan jutaan orang yang akhirnya harus hidup mengungsi, meninggalkan kampung halamannya, terlunta lunta di negeri-negeri yang jauh dan asing demi menghindari asap mesiu kematian.

Hamza tetap Hamza. Walau kondisi sulit, pemuda ini selalu optimistis menatap masa depan dan tetap menggantungkan cita-cita menjadi ilmuwan dan doktor bidang bioteknologi. “Brother” katanya..”Insyaallah kelak suatu hari nanti, saya ingin ke Jakarta dan Kota Bandung untuk berdiskusi tentang ilmu Biotek dengan para ahli di  Indonesia”. Namun kematian terjadi kapan saja, dimana saja, dan dengan cara apa saja.. memupus semua asa..

Sesekali kadang suka membuka Facebook untuk melihat kembali komunikasi terakhir dengan Hamza. Terakhir kami berkomunikasi pada tanggal 27 Juni 2014, pesan dari Hamza : “We miss you too Sir, hope to meet again Enshaalla”

Semoga Indonesia kita senantiasa dalam keadaan aman, damai, dan terhindar dari kekejaman perang. Aamiin.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement