Selasa 14 Jun 2016 05:29 WIB

Ramadhan dan Refleksi Diri

Red: M Akbar
Ketua Komite Etik KPK Abdullah Hehamahua.
Foto: Antara/Fanny Octavianus
Ketua Komite Etik KPK Abdullah Hehamahua.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Abdullah Hehamahua (Mantan Penasehat KPK)

Suatu kemajuan yang dicapai Kementerian Agama, sekalipun masih jauh tertinggal dari Malaysia, adalah pelaksanaan shaum Ramadhan tahun ini. Alhamdulillah, bisa digelar secara bersamaan. Apakah pelaksanaan Idul Fitri bisa juga digelar bersamaan? Rasanya masih menyimpan rasa dag dig dug. Namun, Muhammadiyah sudah jauh-jauh hari menentukan, 1 Syawal pada 6 Juli.

Sebenarnya, Muhammadiyah menerbitkan saja kalender waktu 1 Ramadhan, 1 Syawal, dan 10 Dzulhijjah untuk jangka waktu 50 tahun ke depan. Dengan demikian, terjadi penghematan biaya rutin selama 50 tahun untuk kepentingan sidang isbat.

Bukankah kita sudah di alam globalisasi, di mana murid SD sudah bisa ber-BBM dan ber-android ria? Dengan demikian, kita merasa nyaman untuk beritual apa pun dalam ukhuwah islamiyah sekalipun awan gelap menutupi langit, setahun penuh.

Kita tidak perlu melihat bayangan tongkat yang terkena cahaya matahari untuk menentukan waktu shalat dzuhur seperti yang dilakukan masa silam. Sekalipun langit gelap, kita dapat  shalat, cukup dengan melihat jam.

Bahkan sekarang, android pun menyiarkan adzan lima kali sehari secara otomatis. Dalam konteks inilah, mengapa negara-negara Skandinavia, khususnya Finlandia, memiliki Indeks Persepsi Korupsi (IPK) tertinggi di dunia (9,4), sedangkan Indonesia baru mencapai 3,6.

Kecanggihan teknologi yang dimiliki, difungsikan untuk membangun budaya berpikir, budaya kerja, dan budaya melayani publik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement