Kamis 09 Jun 2016 22:56 WIB

Indonesia Perlu Kembangkan Pengelolaan Sampah Organik

Pemilahan tempat sampah organik dan non organik.
Foto: Antara
Pemilahan tempat sampah organik dan non organik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar pengelolaan sampah dari Environmental Planning Consultants California, Amerika Serikat, Richard Gertman menilai pemerintah dan masyarakat Indonesia harus lebih mengembangkan sistem pengelolaan sampah organik yang selama ini hanya memenuhi tempat pembuangan akhir (TPA).

"Sampah di Indonesia 70 persen adalah sampah organik sedangkan 30 persen sisanya anorganik terdiri dari plastik dan kain," ujar dia dalam diskusi pengelolaan sampah di Pusat Kebudayaan Amerika Serikat @america, Jakarta, Kamis (9/6) petang.

Salah satu metode yang berhasil diterapkan di AS dan bisa diadaptasi secara luas di Indonesia, menurut dia, yakni pengolahan sampah organik menjadi pakan ternak.

Richard menuturkan cara tersebut merupakan daur ulang protein yang sangat cocok diterapkan pada situasi dunia saat ini di mana banyak orang mengalami krisis protein.

"Kita harus menjaga protein yang berasal dari sisa-sisa bahan organik yang tidak dikonsumsi manusia dengan memanfaatkannya menjadi pakan ternak. Setelahnya, kita bisa mengonsumsi daging ternak tersebut dan menggunakan kotoran mereka untuk menyuburkan tanah pertanian," kata dia.

Sistem rantai tertutup (closed loop system) seperti itulah yang harus diajarkan dan dibiasakan di lingkungan masyarakat agar sebisa mungkin sampah yang berasal dari bumi tetap tinggal di bumi sehingga tidak mencemari udara ataupun atmosfer.

Sedangkan untuk sampah anorganik, kata Richard, sistem pengelolaan paling benar yakni memrosesnya kembali menjadi produk baru. "Yang paling penting, masyarakat harus mengubah paradigma mereka bahwa sampah bukanlah sesuatu yang hanya bisa dibuang tapi sampah adalah sumber daya yang harus dimanfaatkan kembali," tutur dia.

Richard Gertman telah 43 tahun bekerja antara lain di organisasi non-profit daur ulang sampah, Dewan Pengelolaan Sampah Padat California, dan kantor-kantor konsultan, untuk memahami kebutuhan seluruh sektor yang terlibat dalam pengelolaan sampah secara berkelanjutan.

Selama kariernya, ia mengimplementasikan program pertama pengumpulan sampah daur ulang dari tepi jalan California pada 1974, program pengomposan pertama di Kota Davis, California, pada 1981, serta sistem pemilahan antara sampah basah dan kering di kota Portola Valley, Woodside, dan San Jose pada 2002-2012.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement