REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Guna mencegah kelangkaan bahan kebutuhan pokok di pasaran, Pemkab Sleman menjalankan program khusus untuk budidaya dan pengembangan cabai. Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan (DPPK) Sleman, Edy Sri Harmanta menuturkan, program tersebut dilaksanakan pada 115 hektare lahan yang tersebar di seluruh kecamatan se-Kabupaten Sleman, kecuali Berbah dan Moyudan.
"Ada dua jenis cabai yang kami kembangkan. Cabai rawit seluas 75 hektare dan cabai kriting 40 hektare," katanya pada Republika, Ahad (5/6). Menurut Edi, program khusus tersebut berjalan sejak akhir Mei, dengan target panen September tahun ini. Ia mengestimasikan, produktivitas cabai berkisar antara enam sampai delapan ton per hektar.
Adapun keseluruhan lahan budidaya cabai di Sleman mencapai 500 hektare. Namun program khusus ini memang sengaja hanya diberlakukan untuk sekitar 20 persen lahan. Keputusan tersebut disesuaikan dengan instruksi pemerintah pusat. Pasalnya program khusus ini merupakan agenda Kementerian Pertanian.
Edi mengemukakan, seluruh hasil panen cabai program khusus akan diperuntukkan bagi keperluan konsumsi, termasuk untuk mengamankan persediaan cabai di masyarakat. Dengan begitu harga salah satu komoditas pokok tersebut dapat terkendali dengan stabil. Sehingga kelangkaan barang yang sering kali terjadi di pasaran dapat dihindari.
Kepala Seksi Produksi Bagian Tanaman Pangan dan Hortikultura DPPK, Imawan menuturkan, program khusus pengembangan cabai dijalankan langsung melalui kerja sama dengan kelompok tani di masyarakat. Saat ini tercatat sebanyak 66 kelompok tani telah bekerja sama untuk melaksanakan program tersebut.
"Untuk cabai rawit ada 38 kelompok, dan cabai keriting 28 kelompok," katanya. Sementara pelaksanaan budidaya cabai juga sengaja dilakukan pada musim kemarau untuk menerapkan sistem kelola lahan selang-seling, antara penanaman padi dan tanaman lain. Hal ini bertujuan untuk mencegah kejenuhan lahan dan mengembalikan tingkat kesuburan tanah.