Sabtu 04 Jun 2016 10:09 WIB

Keluarga di Dunia Maya

Abdullah Sammy
Abdullah Sammy

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Abdullah Sammy

Kata 'maya' dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti 'hanya tampaknya ada, tetapi nyatanya tidak ada.' Maya juga diartikan sebagai sesuatu yang hanya ada dalam angan-angan atau sebatas khayalan.

Tak pelak, sulit bagi kita untuk berpegangan pada sesuatu hal yang maya. Tapi yang terjadi saat ini justru sebaliknya. Dunia maya malah sudah menggantikan sebagian fungsi dunia nyata.

Dunia maya kini menjadi primadona bagi umat manusia untuk menjalani aktivitasnya. Via internet, masyarakat jadi kerap menyendiri di dunia nyata demi larut pada dunia maya.

Lihat saja bagaimana makin jarang didapati bocah yang bermain sepeda, petak umpat, atau sepak bola di luar rumah. Sebaliknya, makin banyak anak yang sibuk menyendiri dengan layar ponselnya.

Celakanya situasi ini juga terjadi di dalam rumah. Bukan pemandangan yang aneh melihat ayah, ibu, atau anak memilih sibuk dengan gawai atau gadget-nya di tengah momen pertemuan keluarga.

Si ayah, misalnya, yang kerap memelototi ponselnya demi mendapat berita politik terbaru. Si ibu pun tak kalah sibuknya. Ponsel jadi media untuk terkoneksi dengan grup arisan via aplikasi Whatsapp.

Belum lagi si anak yang tak mau lepas mengamati gawainya demi tak ketinggalan informasi seputar pergaulan di Facebook. Alhasil, yang terjadi saat keluarga bertemu di rumah adalah semua menunduk tanpa suara. Semua hanya fokus pada ponselnya masing-masing. Keluarga jadi maya.

Contoh kejadian seperti di atas sangat mudah didapati. Tinggal kita berkaca, apakah situasi ini terjadi di rumah kita sendiri?

Ancaman dunia maya

Dunia maya yang mulai mengambil peran dunia nyata pada akhirnya menjadi problem yang amat serius. Problem itu adalah ketika koneksi antarmanusia sudah diambil alih teknologi.

Semua kondisi ini secara tak sadar mengikis fondasi kehidupan. Fungsi keluarga sebagai sarana untuk saling berbagi perlahan memudar. Lebih dari itu, peran keluarga sebagai sarana untuk utama pendidikan anak diakuisisi oleh dunia maya.

Anak jadi lebih percaya dengan informasi yang didapatnya di dunia maya via media sosial.

Celakanya, tak selamanya dunia maya itu memberi pengaruh positif. Data menunjukkan, dunia maya malah menjadi tempat yang sangat berbahaya bagi anak.

Polda Metro Jaya mencatat, di Kota Jakarta saja, 537 kasus kejahatan dunia maya terjadi pada 2016. Bila dirata-rata, setiap hari 15 kasus kejahatan terjadi di dunia maya. Mayoritas korbannya adalah anak.

Umumnya, kejahatan pada anak di dunia maya terkait pornografi dan prostitusi. Salah satu kasusnya baru-baru ini ditangani oleh Direktorat Kriminal Khusus Polda Metro Jaya.

Peristiwa ini bermula saat foto vulgar remaja putri berinisial SFR (16 tahun) disebar oleh rekannya sendiri AWP (17). Foto dalam keadaan tak layak itu pun tersebar luas ke media sosial.

Sanak keluarga yang melihat foto itu seakan tak percaya. Sementara korban merasa dihancurkan masa depannya.

Ada lagi kisah soal bocah SD di Sumenep, Madura, yang memperkosa rekannya. Yang membuat miris, pelaku dan korban sama-sama baru berusia tujuh tahun.

Badan Pemberdayaan Masyarakat Perempuan Kota Sumenep menjelaskan, kasus yang korbannya dan pelakunya duduk di kelas 1 SD ini akibat konsumsi video porno. Pelaku kedapatan mengakses video porno via dunia maya.

Kisah yang terjadi di Jakarta ataupun Sumenep tersebut bukanlah sebuah anomali. Sebab, kisah ini sudah terjadi berulang-ulang.

Lagi-lagi, semua ini terjadi karena anak yang ditinggal sendiri di dunia maya. Tanpa bimbingan keluarga, anak rentan menyerap segala konten negatif yang tersaji di dunia virtual tanpa batas itu.

Antisipasi

Di sisi lain, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mencatat, 82 juta orang Indonesia aktif di dunia maya. Sebanyak 80 persen dari angka ini adalah anak dan remaja. Itu berarti ada sekitar 65 juta anak dan remaja Indonesia juga berpotensi menjadi korban konten negatif di dunia maya. Itu berarti 25 persen dari populasi Indonesia dalam bahaya.

Menyadari potensi negatif dunia maya yang mengancam anak Indonesia, pemerintah sudah melakukan langkah antisipasi. Kementerian Kominfo serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah bahu-membahu dalam meluncurkan sejumlah program.

Salah satu dari program itu adalah Internet Sehat dan Aman (Insan). Namun, perlindungan dari pemerintah saja tentu belum cukup untuk mengantisipasi dampak buruk dunia maya bagi anak. Sebab, perlindungan yang utama harus datang dari keluarga.

Dari rumah, anak mesti sudah terproteksi dan teredukasi tentang dunia maya yang sehat dan aman. Karena itu, penting bagi orang tua untuk selalu berdiskusi dengan anak tentang bahaya dan kegunaan sesungguhnya dunia maya.

Selain dengan cara diskusi, pendampingan keluarga jadi sebuah kewajiban. Keluarga harus ikut hadir di dunia maya. Caranya bisa bervariasi. Bisa dengan si ayah atau ibu masuk dalam jejaring sosial sang anak di dunia maya, seperti di Facebook, Twitter, atau Instagram. Bisa pula dengan inovasi komunikasi antarkeluarga di dunia maya dengan membentuk grup Whatsapp keluarga.

Dengan begitu, di dunia maya sekalipun, si anak bisa menemukan keluarga sesungguhnya. Anak pun jadi tak ditinggal sendiri di tengah derasnya arus informasi.

Namun, sebelum segala usaha di dunia maya itu dilakukan, keluarga mesti lebih dahulu menguatkan fondasinya di dunia nyata. Kini saatnya si ayah tak lagi terus sibuk memandangi ponselnya untuk urusan pekerjaan. Saatnya si ibu tak larut sendiri dengan grup Whatsapp arisan.

Jika tak ingin anak Anda menjadi korban pengaruh negatif dunia maya, langkah utamanya adalah kembalikan fungsi keluarga ke dunia nyata. Jalan pertama yang paling mudah adalah dengan mematikan sejenak ponsel atau gadget Anda.

Saatnya untuk bercengkerama sesama anggota keluarga di dalam rumah. Berdiskusi, bermain, atau berwisata bisa menjadi salah satu cara merekatkan kembali relasi keluarga.

Sebab keluarga adalah rumah sesungguhnya. Rumah untuk berbagi keluh kelah, sedih, serta bahagia.

Dengan fungsi seperti itu, keluarga tak lagi terasa maya melainkan nyata. Sebab kata nyata sesuai dengan KBBI berarti 'benar-benar ada, ada buktinya, berwujud.'

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement