REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengelolaan destinasi pariwisata dalam negeri khususnya pariwisata bahari dinilai perlu penanganan serius. Pariwisata bahari Indonesia diyakini akan memiliki peran besar, tumbuh berkembang, jika dalam pengelolaannya partisipatif serta punya manfaat berkelanjutan untuk masyarakat luas.
"Baik manfaat dari sisi budaya, lingkungan, dan ekonomi bagi seluruh masyarakat," ujar Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Pancasila, Devi Roza Kausar saat membuka seminar Kepariwisataan "Peluang dan Tantangan Pariwisata Bahari di Indonesia" di Auditorium Fakultas Hukum Universitas Pancasila, Kamis (2/6).
Seminar tentang optimalisasi peran pariwisata menghadirkan Bupati Kepulauan Seribu, Budi Utomo sebagai pembicara. Dalam paparannya, Budi menjelaskan, perencanaan pariwisata bahari yang ideal harus menempatkan masyarakat sebagai aktor utama dalam pengembangan kepariwisataan.
"Akan juga menjadi nilai tambah bagi promosi wisata," ujarnya.
Seminar juga dihadiri Dr Michael J O’ Regan yang juga Dosen Senior Bournemouth University. Michael menyebut, peluang wisata bahari yang sedang menjadi tren pariwisata dunia harus dimanfaatkan pemerintah Indonesia. Dari sektor bahari, kata dia, sudah jadi kemestian pemerintah Indonesia mendapatkan keuntungan yang akan menyejahterakan masyarakat.
"Indonesia merupakan negara dengan melimpahnya sumber daya pariwisata bahari," akunya.
Dalam kesempatan yang sama, dosen pariwisata yang juga Fasilitator Program Tata Kelola Destinasi Pariwisata Kementerian Pariwisata di Kepulauan Seribu, Fahrurozy Darmawan mengatakan, seminar “Peluang dan Tantangan Pariwisata Bahari di Indonesia" merupakan kesempatan yang baik bagi akademisi serta pemerintah daerah dalam bersinergi membangun potensi pariwisata daerah.
"Seminar rutin ini akan menjadi wadah bagi pemerhati, pelaku, dan pelaksana kepariwisataan untuk mengkaji dan mengksplorasi isu-isu pariwisata yang tengah berkembang," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Pariwisata Arief Yahya menargetkan devisa pariwisata bahari mampu menyumbang melonjak empat kali lipat pada 2019. "Proyeksi wisata bahari dari 1 miliar dolar AS menjadi 4 miliar dollar AS," ujar Arief Yahya, Rabu (1/6).
Dalam pengembangan pariwisata saat ini, kata dia, sektor pariwisata bahari baru menyumbang 1 miliar dolar AS, atau 10 persen dari total devisa sektor pariwisata yang mencapai 10 miliar dolar AS. Di lain hal, diakui Arief, Malaysia telah mengumpulkan 8 miliar dolar AS hanya dari wisata bahari.