Kamis 02 Jun 2016 11:11 WIB

Ini Penjelasan BMKG Soal Gempa Pesisir Selatan Sumbar

Rep: umi nur fadhilah/ Red: Esthi Maharani
Gempa Bumi
Gempa Bumi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gempa bumi berkekuatan 6,5 SR mengguncang Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat pukul 05.56 WIB. Goncangan gempa yang berpusat pada koordinat 2,29 LS dan 100,46 BT itu, dirasakan hampir di sebagain besar wilayah Sumatra Barat.

"Hasil analisis BMKG menunjukkan bahwa gempa bumi ini disebabkan oleh aktivitas subduksi lempeng Indo-Australia ke bawah lempeng Eurasia dengan hiposenter terletak di Zona Benioff bagian atas," kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Kamis (2/6).

(Baca juga: Kerusakan Akibat Gempa Masih Didata)

Ia menjelaskan, hiposenter gempa berada di kedalaman 70 kilometer, disebut sebagai gempa bumi menengah. Sehingga gempa tersebut memiliki spektrum guncangan yang dapat dirasakan pada wilayah yang luas.

Daryono menjabarkan, berdasarkan Peta Tingkat Guncangan (shake map) BMKG, menunjukkan guncangan dirasakan di daerah Solok, Painan, Muko-Muko dalam skala intensitas IV-V (Modified Mercalli Intensity) MMI (II Skala Intensitas Gempabumi-BMKG).

Kemudian, di daerah Bengkulu dan Padang, guncangan dirasakan dalam skala intensitas IV MMI (II SIG-BMKG). Di daerah Kepahiang dan Padang Panjang, guncangan dirasakan dalam skala intensitas III-IV MMI (II SIG-BMKG). Sementara di Kabupaten Agam dan Kabupaten Limapuluh Kota, guncangan dirasakan dalam skala intensitas III MMI (II SIG-BMKG).

Daryono menuturkan, analisis mekanisme sumber menunjukkan, gempa bumi di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumbar itu dipicu oleh mekanime penyesaran naik (thrust fault). Artinya, gampa tersebut terjadi pada kedalaman menengah. Sehingga, ia menegaskan, gempa tidak berpotensi tsunami.

"Masyarakat diimbau agar tetap tenang, dan terus mengikuti arahan BPBD dan BMKG. Jangan terpancing isu yang tidak bertanggungjawab, karena gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement