Ahad 29 May 2016 11:21 WIB

Solusi Atasi Banjir Perlu Libatkan Masyarakat

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Yudha Manggala P Putra
Banjir. Ilustrasi
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Banjir. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Persoalan banjir di Kabupaten Bandung dinilai sudah menjadi masalah klasik dan penanganannya harus dikerjakan secara bersama-sama. Semua pihak, pemerintah dan masyarakat diharap saling bergotong-royong menyelesaikan masalah banjir yang kerap menimpa warga di sejumlah kecamatan.

Wakil Bupati Bandung Gun Gun Gunawan mengatakan persoalan lingkungan tentu menjadi tanggung jawab bersama termasuk masyarakat. Pemerintah Kabupaten (Pemab) Bandung akan menerima saran secara terbuka dari berbagai kalangan, untuk bersama-sama mengatasi persoalan banjir itu. Bagi Gun Gun, keterlibatan masyarakat dapat berupa saran masukan yang nantinya akan kita akomodir dalam kebijakan Pemerintah Kabupaten Bandung.

"Untuk mengatasi bencana banjir yang kerap melanda Kabupaten Bandung, dengan terbuka Pemerintah Kabupaten Bandung akan  menerima  saran-pendapat dari masyarakat," ujar Gun Gun, dalam agenda Ngariung Bincang-Bincang Bandung Selatan yang diselenggarakan Ikatan Alumni ITB di Aula Barat ITB, akhir pekan kemarin.

Menurut Gun Gun, banjir di wilayah Kabupaten Bandung Selatan menjadi problematika yang dihadapi warga setiap kali menghadapi musim penghujan. Lanjut dia, tingginya curah hujan mengakibatkan meluapnya sungai Citarum sehingga menyebabkan banjir di beberapa kecamatan di Kabupaten Bandung. Misalnya, kecamatan Baleendah, Bojongsang dan Dayeuhkolot.

Kata Gun Gun, penyebab banjir salah satunya yakni diakibatkan ulah manusia. Msalnya, penebangan liar, pembuangan sampah ke sungai, pendirian bangunan di daerah resapan air, itu semua menjadi penyebab banjir. Terlebih, itu juga akibat dari ketidaksadaran dan kecintaan manusia terhadap lingkungannya. "Inilah yang harus menjadi perhatian kita semua, untuk saling mengingatkan dan kerjasama," tutur dia.

Acara tersebut juga dihadiri Wakil Gubernur Jawa Barat H. Deddy Mizwar, Ketua Ikatan Alumni ITB Jawa Barat Alfi Rafnialdi, beberapa Kepala SKPD terkait dari Kabupaten/Kota di Jawa Barat, Ketua BASARNAS, perwakilan mahasiswa dan dosen dari beberapa Perguruan Tinggi di Bandung, LSM dan sejumlah tokoh masyarakat.

Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar, dalam kesempatan itu mengatakan, banjir di Bandung Selatan berawal dari tata ruang yang buruk. Banyak pemukiman penduduk dan bangunan-bangunan yang tidak berizin sehingga harus ditertibkan pemerintah baik pusat maupun daerah. "Sungai Citarum, yang disebut sebagai sungai terkotor di dunia ini, merupakan wajah peradaban masyarakat Jawa Barat," kata dia.

Ratusan hektare lahan yang pohonnya habis ditebang, dan daerah resapan air yang dijadikan bangunan tanpa izin serta perilaku buruk masyarakat yang membuang sampah ke sungai, menurut Deddy, jelas memperparah kotornya Sungai Citarum dari tahun ke tahun. "Akan menjadi hal yang sia-sia jika memperbaiki Sungai Citarum tanpa membenahi ratusan ordo aliran sungai di hulunya seperti Sungai Cikeruh, Citarik dan Cirasiah (di Majalaya), kemudian Sungai Cikapundung dan Cisangkuy (di Dayeuhkolot)," ujar dia.

Selain itu, jika persoalan tata ruang tidak dibenahi, menurut Deddy, maka permasalahan banjir Bandung Selatan juga tidak akan pernah terpecahkan. Kalau semua pihak menghendaki perbaikan dan tidak memikirkan kepentingannya masing-masing, maka bencana Banjir Bandung Selatan akan bisa diatasi. "Selama kerusakan itu dibuat oleh manusia, maka manusia jugalah yang mampu memperbaikinya, tapi manusia yang memperbaiki itu kualitasnya harus lebih baik dari manusia yang merusaknya," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement