REPUBLIKA.CO.ID, LANGKAT -- Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) memperkirakan harimau Sumatra hanya tinggal 100 ekor lagi di area yang berada di Provinsi Sumatra Utara dan Aceh itu.
"Ini dari hasil sementara pendataan yang dilakukan oleh petugas di lapangan," kata Kepala Bidang Wilayah III Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser Sapto Aji Prabowo di Stabat, Rabu (25/5).
Sedangkan untuk Pulau Sumatra, berdasarkan data yang ada diperkirakan hanya tinggal 400-500 ekor saja. Semakin sedikitnya hewan yang sering disebut "Panthera Tigris Sumatra" tersebut akibat banyaknya perburuan liar yang dilakukan warga.
"Kita berharap kiranya harimau Sumatera itu tetap berada dan hidup nyaman di TNGL, dan tidak dilakukan perburuan seperti yang terungkap Selasa (24/5)," ujarnya.
Pada Selasa tersebut, petugas Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser dan Polres Langkat berhasil mengungkap perburuan liar yang mengakibatkan kematian pada harimau Sumatra dan menjual kulitnya hendak seharga Rp 50 juta.
"Banyaknya perburuan liar dan pembunuhan harimau Sumatra, membuat populasi satwa yang dilindungi tersebut kini semakin punah diperkirakan hanya tinggal 100 ekor lagi," jelasnya.
Dari pemeriksaan terhadap barang bukti berupa tulang, taring, dan kulit harimau Sumatra yang berhasil diamankan Polres Langkat, diperkirakan hewat tersebut berumur lima tahun atau tergolong masih remaja.
"Ini harimau yang mereka bunuh masih remaja, sebab taringnya masih kopong dan tulangnya masih kecil-kecil," ucapnya.
Pihaknya sangat berharap peran aktif masyarakat yang berada di sekitar Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) untuk memberikan informasi kepada mengenai perburuan berbagai binatang yang dilindungi yang ada dikawasan itu.