REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Perubahan cuaca cukup ekstrem dirasakan hampir di sebagian besar Jawa Barat. Kondisi cuaca tidak menentu di mana tiba-tiba hujan, kemudian panas menyengat.
Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung, Susiana mengatakan perubahan cuaca dan suhu memang terjadi sejak awal Mei.
Menurutnya hal tersebut dikarenakan peralihan musim dari penghujan menuju kemarau. Sehingga berdampak pada cuaca ekstrem yang dirasa di semua wilayah Indonesia termasuk Jawa Barat terutama Kota Bandung.
"Memang di Bandung terutama saat ini sedang peralihan musim karena perkiraan musim kemaraunya awalnya antara bulan mei hingga juni sehingga kadang tiba-tiba panas sekali kemudian mendung dan hujan deras," katanya kepada Republika.co.id, Senin (23/5).
Ia menyebutkan BMKG memperkirakan musim kemarau akan dimulai antara minggu ketiga Mei hingga pekan kedua Juni. Hal ini bergeser dari waktu normal yang biasanya berkisar pada bulan April.
Namun hingga kini hujan masih seringkali turun. Bahkan kerap mengguyur dengan curah yang deras disertai petir. Padahal puncak musim hujan terjadi pada Maret lalu.
Susiana menyebutkan perubahan cuaca ini terjadi juga akibat fenomena La Nina. Kebalikan dari El Nino ini membuat musim penghujan jauh lebih lama daripada musim kemarau.
"El nino sekarang sudah tidak ada. Kecenderungannya potensi La Nina. Itu yang membuat suplai uap air main besar sehingga hujan masih sering turun," ujarnya.
Ia menjelaskan La Nina merupakan fenomena alam di mana suhu muka laut di sekitaran Indonesia lebih hangat. Hal ini menjadikan air laut yang menguap lebih besar. Sehingga membentuk lebih banyak air hujan yang kemudian turun.
Meski demikian, perubahan suhu yang terpantau BMKG masih terpantau normal. Untuk Kota Bandung, suhu tertinggi tercatat mencapai 31,8 derajat celcius. Sementara yang terendah berada di kisaran 20,4 derajat celcius.
"Perubahannya masih terpantau normal. Itu biasa terjadi di peralihan musim di samping faktor La Nina juga yang membuat suhu menjadi lebih basah," ucapnya.
Kondisi ini dinilainya tidak terlalu berdampak besar bagi pertanian. Masyarakat sudah mulai terbiasa dengan pergeseran musim sehingga lebih bersiaga. Pihaknya juga terus menyampaikan prakiraan cuaca kepada mayarakat untuk mengantisipasi.
"Di beberapa tempat mungkin terdampak bergesernya masa panen karena pergeseran musim. Untuk tahun ini masyarakat diharapkan bersiaga karena musim penghujan diperkirakan masih terus terjadi seiring La Nina," jelasnya.