Ahad 22 May 2016 10:15 WIB

Sembilan Korban Sinabung Berasal dari Desa Zona Merah

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Angga Indrawan
Warga di Kaki Gunung Sinabung
Foto: Binsar Bakkara/AP
Warga di Kaki Gunung Sinabung

REPUBLIKA.CO.ID, KARO -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karo, Sumatra Utara mengumumkan ada sembilan korban lagi dari awan panas Gunung Sinabung pada Sabtu, (21/5). Kesembilan orang menjadi korban lantaran berada di desa Gamber yang termasuk zona merah atau berbahaya.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan desa Gamber terletak pada radius empat kilometer di sisi tenggara dari puncak kawah Gunung Sinabung. Desa Gamber sudah dinyatakan sebagai daerah berbahaya atau zona merah.

"Berdasarkan rekomendasi PVMBG, tidak diperbolehkan adanya aktivitas masyarakat di wilayah itu karena berbahaya dari ancaman awan panas, lava pijar, bom, lapilli, abu pekat dan material lain dari erupsi Sinabung," katanya, Ahad (22/5).

Namun ia mengakui masih ada masyarakat yang nekat beraktivitas di desa Gamber. Alasannya karena masyarakat menggantungkan hidupnya pada perkebunan di desa tersebut. Ia pun mengimbau agar masyarakat mengurungkan niatnya jika hendak beraktifitas di wilayah tersebut.

"Harusnya tidak ada aktivitas masyarakat. Namun sebagian masyarakat tetap nekat berkebun dan tinggal sementara waktu sambil mengolah kebun dan ladangnya. Alasan ekonomi adalah faktor utama yang menyebabkan masyarakat Desa Gamber tetap nekat melanggar larangan masuk ke desanya," ujarnya.

Sementara itu, dari kesembilan korban, enam di antaranya tewas dan sisanya berstatus kritis. Adapun nama-nama korban yang meninggal dunia yaitu, Karman Milala (60 tahun), Irawansyah Sembiring (17), Nantin Br Sitepu (54), Leo Perangin-angin, Ngulik Gintingm dan Ersada Ginting (55). Sedangkan korban yang mengalami luka-luka akibat semburan awan panas yaitu Brahim Sembiring (57), Cahaya (75), dan Cahaya br Tarigan (45).

"Semua korban berada di RS. Efarina Etaham Kabanjahe," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement