REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Budayawan Jaya Suprana menilai Presiden Indonesia kedua Soeharto layak mendapatkan gelar pahlawan nasional karena jasanya di bidang ekonomi.
"Saya pribadi mengenal Soeharto dan kagum, sehingga menurut saya layak. Dari sisi ekonomi, Soeharto berhasil menyelamatkan kebangkrutan bangsa," kata Jaya ketika ditemui di Jakarta, Kamis (19/5).
Soeharto mundur dari jabatannya itu pada 21 Mei 1998. Pendiri Museum Rekor Dunia Indonesia tersebut mengatakan dirinya hanya menilai dari jasa Soeharto di bidang ekonomi saja sebab apabila membicarakan bidang lain, seperti politik misalnya, bisa memunculkan penilaian yang berbeda.
"Kalau dalam ekonomi, sulit diingkari jasa Soeharto," kata dia.
Jaya menilai gelar pahlawan nasional dianugerahkan pada individu yang telah berjasa besar bagi bangsa dan negara.
Dia menyadari bahwa wacana penganugerahan Soeharto memang memunculkan dua pendapat, ada yang menganggap sangat layak dan tidak layak.
"Ini dampak alam demokrasi, karena kita bukan lagi hidup di zaman indoktrinatif. Sekarang rakyat ikut menentukan, maka wajar terjadi polemik," kata dia.
Sebelumnya, Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Partai Golkar memunculkan wacana penganugerahan gelar pahlawan nasional terhadap Jenderal Besar TNI Purnawirawan Soeharto.
Pemerintah sendiri sudah berencana menganugerahi gelar pahlawan nasional kepada Presiden kedua Soeharto, Presiden keempat Abdurrahman Wahid, dan mantan Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) Sarwo Edhie Wibowo.
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa menyebut pengesahan gelar pahlawan nasional kepada tiga tokoh itu menunggu Keputusan Presiden