REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Sebuah perusahaan pertambangan dari Rusia, Blackpace World, berencana membangun pabrik pengolahan nikel (smelter) di Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah.
Dua utusan perusahaan, yakni Advisor to President Blackpace Yosef Paskananda dan Korium Toros bertemu dengan Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola di Palu, Rabu (18/5), guna membicarakan rencana investasi tersebut. Pertemuan itu didampingi Asisten II Bidang Ekonomi Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Elim B Somba.
Dalam pertemuan itu terungkap bahwa perusahaan berencana membangun empat unit smelter secara bertahap di Ongkaya, Kecamatan Witaponda. Perusahaan belum menjelaskan total investasi pertambangan nikel di Morowali tersebut.
Saat ini perusahaan telah mengantongi tiga izin usaha pertambangan (IUP) dengan total area seluas 1.744 hektare. Izin tersebut dibeli dari perusahaan lain yang telah mendapat legalitas dari pemerintah daerah. "Tiga IUP itulah sumber utama perusahaan untuk memasok ore (biji nikel) ke smelter," kata Elim Somba.
Elim mengatakan, kelihatannya perusahaan tersebut sangat serius membangun smelter tetapi meminta dukungan kemudahan pelayanan birokrasi dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah. "Nanti pemerintah siap membantu studi amdalnya," katanya.
Elim mengatakan, perusahaan membutuhkan waktu yang cepat untuk membangun smelter tersebut karena mereka menargetkan satu unit smelter dapat dibangun dalam tempo sembilan bulan. Elim mengatakan, perusahaan juga meminta dukungan dari pemerintah daerah agar mereka difasilitasi bisa mendapatkan area yang memiliki kandungan biji nikel sehingga menjamin keberlangsungan beroperasinya industri pengolahan. "Salah satu yang mereka harapkan adalah lahan hasil penciutan dari PT Vale," katanya.
Blackpace World memiliki wilayah kerja di sejumlah negara, antara lain Kolombia, Panama, Venezuela, Singapura, Kualalumpur, dan Indonesia. Di Indonesia, perusahaan ini memiliki wilayah kerja di Kalimantan dan Kabaena, Sulawesi Tenggara.