Senin 16 May 2016 04:57 WIB

Jusuf Kalla, 74 Tahun tetap Enerjik

Wakil Presiden RI Jusuf Kalla
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Jusuf Kalla

JAKARTA  -- Bukan JK jika tidak cepat menanggapi omongan orang lain, apalagi jika itu menyangkut dirinya. Maka sambil menggandeng tangan istrinya, JK segera menyahut: "Usia itu ada tiga. Satu adalah usia (menurut) KTP (Kartu Tanda Penduduk), usia biologis dan usia (karena) semangat". Hadirin pun bertepuk tangan, sambil tertawa.

Jusuf Kalla lahir 15 Mei 74 tahun lalu di Watampone, Sulawesi Selatan. Dia terkenal dengan ketangkasan dan kepiawianya dalam olah wicara. JK juga dikenal sebagai problem solver atau pencari jalan keluar untuk menyelesaikan masalah yang telah memasuki jalan buntu (deadlock).

Salah satu terobosannya adalah tercapainya penyelesaian damai antara pemerintah RI dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) melalui Perjanjian Helsinki.

Julukan pencari jalan keluar cocok untuk JK. Kebetulan ia pernah memandu acara talkshow bertajuk "Jalan Keluar" di salah satu televisi swasta.

Jejak langkahnya banyak membuktikan betapa mudahnya ia menemukan jalan keluar, serumit apa pun masalahnya. Cepat mengambil keputusan, jalan yang ia tempuh sederhana. Praktis, tidak berliku, mudah diterima.

Demikian tertulis dalam buku "Satu Digit", berisi 74 kumpulan pidato M Jusuf Kalla, yang diluncurkan setelah pemotongan tumpeng ulang tahun.

Pak JK tidak suka protokoler yang bertele-tele. Saya punya pengalaman pribadi dalam hal ini ketika mengajukan permohonan untuk audiensi. Sudah beberapa bulan belum dapat jadwal, karena acara Wapres memang padat. Suatu malam saya berjumpa Pak JK dalam suatu resepsi pernikahan. Tiba-tiba saya ditarik untuk "mojok".

"Di sini saja kita selesaikan, panggil itu menteri," katanya. Dalam beberapa menit urusan pun selesai.

Buku yang diterbitkan Republika itu mengutip Pak JK sebagai mengatakan, "Saya terkejut, bunga untuk rakyat 22 persen di bank pemerintah. Di lain pihak, korporasi 11-12 persen. Ada yang 10 persen. Jadi usaha kecil yang mensubsidi korporasi. Bayangkan?".

"Tahun 2016 kita turunkan menjadi 9 persen untuk usaha kecil, berapa pun ongkosnya," katanya dalam buku hasil suntingan Husain Abdullah (Uceng), staf khusus wapres bidang media massa, dan wartawan Burhanuddin Bella itu.

JK mengatakan, pemerintah jangan mengulangi kesalahan. "Kita dirampok berkali-kali akibat kebijakan yang kita ambil. Menurut dia, korupsi memang sangat berbahaya, tetapi yang lebih berbahaya adalah kebijakan ekonomi yang keliru, khususnya moneter".

Sebelum memasuki dunia politik dan pemerintahan, JK adalah seorang pengusaha. Ia pernah menjabat berbagai jabatan puncak pemerintahan, termasuk Menko Kesra, wakil presiden mendampingi Presiden SBY (2004-2009), Ketum Golkar dan kini kembali menjadi wapres mendampingi Presiden Jokowi (2014-2019).

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement