Sabtu 14 May 2016 19:31 WIB

BMKG: NTT Sedang Musim Peralihan

Seorang petuga BMKG melakukan pemantauan (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Seorang petuga BMKG melakukan pemantauan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kupang menyatakan, wilayah Nusa Tenggara Timur saat ini musim peralihan dari basah ke kering sehingga terjadi angin kencang, dan hujan dengan intensitas ringan sampai sedang.

"Sudah menjadi kebiasaan daerah ini pada setiap peralihan musim selalu saja diselingi dengan angin kencang mancapai 55 km/jam dan hujan dengan intensitas ringan hingga sedang," kata prakirawan cuaca Stasiun Meteorologi Kupang Sti Nenot'ek di Kupang, Sabtu (14/5).

Menurut dia, angin dan hujan yang terjadi pada setiap peralihan musim di wilayah NTT itu juga merupakan dampak dari monsun Australia.

"Dalam tataran awam akan cuaca dan iklim sering orang sebut angin timur (monsun Australia) dan atau angin barat (monsun Asia," katanya.

Pada monsun Australia, katanya, terjadi pergerakan angin timur tenggara hingga melewati NTT pada setiap dua minggu sekali terutama pada bulan Juni dan Juli bahkan hingga Agustus tahun berjalan.

Namun, tahun ini akibat tingginya penyimpangan iklim sehingga dampaknya mulai terasa pada Mei dan umumnya monsun Australia itu membawa angin kekeringan atau hawa panas di selatan Australia hingga ke NTT.

"Hasil pemantauan BMKG Kupang menunjukkan terjadi penyimpangan iklim saat ini berupa hujan di musim kemarau, diakibatkan monsun Australia lemah," katanya.

Sehingga kata dia meskipun saat ini NTT dan sekitarnya telah memasuki musim kamarau, namun Kota Kupang dan sekitarnya masih diguyur hujan dengan intensitas ringan hingga tinggi akibat melemahnya monsun Australia," kata Kepala Seksie Observasi dan Informasi Klimatologi Lasiana, BMKG Kupang, Fera Adrianita, pada kesempatan terpisah di Kupang.

Menurut dia, musim saat ini dipengaruhi oleh dua monsun yaitu monsun Asia dan monsun Australia. "Pada saat terjadinya musim hujan yang bergerak adalah monsun Asia, sedangkan musim kering yang bergerak ialah monsun Australia. Monsun Australia inilah yang melemah, sehingga musim kemarau terdapat gangguan turunnya hujan," katanya.

Bahkan, berdasarkan monitoring dinamika atmosfer BMKG menunjukkan bahwa El Nino kuat sudah terjadi sejak bulan Agustus 2015, saat ini berada pada status El Nino Moderate dan diprediksi akan meluruh secara perlahan-lahan menjadi netral pada bulan April- Mei 2016.

Sementara, katanya, La Nina diprediksi terjadi pada akhir tahun antara bulan Oktober-Desember 2016 dengan peluang 50 persen.

Pada periode tersebut bertepatan dengan periode awal musim hujan sehingga perlu diwaspadai peluang terjadinya curah hujan tinggi pada saat La Nina berlangsung.

BMKG memprakiraan awal musim kemarau 2016 di sebagian besar wilayah Indonesia diprakirakan pada bulan Mei dan Juni 2016, sebanyak 283 ZOM (65.8 persen). Paling awal bulan Februari 2016 sebanyak 4 ZOM, dan paling akhir bulan Oktober 2016 sebanyak 1 ZOM.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement