REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Empat anak buah kapal (ABK) warga negara Indonesia (WNI) yang dibebaskan dari penyanderaan kelompok bersenjata di perairan Filipina pada Rabu (11/5), dinyatakan sehat dan prima setelah diperiksa tim dokter RSPAD Gatot Subroto, Jakarta, Jumat.
Wakil Kepala RSPAD Gatot Subroto Kolonel CKM dr Bambang Dwi Hasto SpB mengatakan keempat WNI tersebut telah menjalani pemeriksaan fisik, sarana penunjang mencakup jantung, thorax, dan laboratorium lengkap, serta kejiwaan selama kurang lebih lima jam.
"Hasilnya alhamdullilah seluruh empat ABK secara fisik maupun sarana penunjang dalam kondisi sehat walafiat dan prima, termasuk status kesehatan jiwa dalam kondisi stabil dan optimal," ujarnya kepada wartawan di Auditorium Departemen Bedah RSPAD Gatot Subroto, Jakarta, Jumat sore.
Keempat WNI yakni Moch Aryani (master) asal Bekasi Timur, Jawa Barat, Loren Marinus Petrus Rumawi (chief officer) asal Sorong Papua Barat, Dede Irfan Hilmi (second officer) asal Ciamis, Jawa Barat, dan Samsir (anak buah kapal) asal Kota Palopo, Sulawesi Selatan, diperiksa sejak pukul 11.10 WIB hingga sekitar pukul 16.00 WIB.
Menurut Bambang, tidak ditemukan bukti kekerasan fisik seperti lecet atau lebam pada keempat WNI tersebut, juga tidak ditemukan indikasi trauma meskipun keempatnya telah disandera selama hampir satu bulan di Kepulauan Sulu, Filipina Selatan. "Tidak ada (trauma). Mungkin karena mereka sempat dirawat di sana jadi sudah stabil," ungkapnya.
Baca juga, Empat Sandera Tiba di Halim Perdanakusuma.
Setelah menjalani pemeriksaan kesehatan, keempat WNI tersebut akan diserahterimakan kepada pihak keluarga di Gedung Pancasila Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Jumat sore.
Kapal TB Henry milik PT Global Trans-Energy yang diawaki keempat WNI ABK tersebut dibajak oleh kelompok bersenjata dari Filipina di perairan Zamboanga wilayah Malaysia pada 15 April 2016 lalu dan disandera di Sulu, Filipina.
Kapal dibajak dalam perjalanan pulang dari Cebu, Filipina, menuju Tarakan, Kalimantan Utara.