REPUBLIKA.CO.ID, TEGAL -- Budayawan Tegal, Hadi Mulyono mengeluhkan menurunnya kesadaran berbahasa Tegal di masyarakat aslinya. Hal ini ia sampaikan kepada Anggota Komisi Bidang Kebudayaan DPR RI, Fikri Faqih saat kunjungan reses di Tegal, Rabu (15/5).
Menurut Hadi banyak masyarakat yang salah mempersepsikan Bahasa Tegal, serta tidak memerdulikannya. Ia merasa Bahasa Tegal sudah tidak diperhatikan sama sekali, baik pemerintah pusat maupun daerah.
"Bahasa Tegal selalu dianggap sama dengan Bahasa Jawa. Padahal, Bahasa Tegal memiliki nilai dan keluhurannya sendiri sebagai bagian warisan budaya,” jelas Budayawan Tegal belum lama ini.
Salah persepsi ini, kata dia, menjadi stigma di masyarakat bahwa Bahasa Tegal kerap dinilai tak mengenal tata krama (kasar). Padahal menurut dia, Bahasa Tegal sama nilainya dengan Bahasa Jawa Surakarta.
Namun karena Surakarta secara kedudukan dengan kekuasaan Keraton, maka diciptakanlah strata dalam berbahasa, mulai dari ngoko sampai kromo inggil.
"Di Bahasa Tegal tidak seperti itu," kata pengarang Kamus Bahasa Tegal ini.
karena itu, Hadi berharap Anggota DPR Fikri Faqih dapat menyerap dan memperjuangkan aspirasi ini. Bukan hanya soal anggaran, melainkan juga implementasi di daerah agar pengajaran Muatan Lokal ditambah lebih banyak agar Bahasa Tegal tidak semakin punah.