Kamis 12 May 2016 19:06 WIB

Jutaan Meter Kubik Piroklastik Gunung Sinabung Siap Jadi Lahar Dingin

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Andi Nur Aminah
Warga di Kaki Gunung Sinabung
Foto: Binsar Bakkara/AP
Warga di Kaki Gunung Sinabung

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ancaman bencana lahar dingin di sekitar Gunung Sinabung, Kabupaten Karo Provinsi Sumatra Utara makin meningkat. Hal ini seiring dengan bertambahnya material piroklastik produk erupsi Gunung Sinabung sejak Agustus 2010 hingga sekarang. 

Juru Bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, diperkirakan ada 50 juta meter kubik material piroklastik di Gunung Sinabung yang siap menjadi lahar dingin saat hujan di puncak gunung. "Ancaman ini nyata saat banjir lahar dingin menerjang Desa Kutambaru dan sekitar Kecamatan Tiganderket pada Senin (9/5) pukul 15.45 WIB," katanya.

Akibat banjir lahar dingin tersebut menyebabkan satu orang meninggal dunia atas nama Atifaf Farihan Warda (6 tahun) dan Riska (7 tahun) masih hilang. Sebanyak empat orang luka ringan hingga sedang akibat terbawa arus lahar dingin.

Kepala BNPB, Willem Rampangilei, dalam kunjungan ke lokasi lahar dingin di Desa Kutambaru pada Rabu (11/5) memerintahkan agar tim SAR gabungan dari Basarnas, TNI, Polri, BPBD, relawan dan masyarakat mencari korban hingga ketemu.  "Untuk korban meninggal segera diberikan santunan duka cita, sedangkan korban yang masih hilang terus dicari. Satu orang korban terlalu banyak dan tidak boleh terulang kembali di masa mendatang," ujar Willem.

Pencarian dilakukan di lokasi kejadian dengan menelusuri aliran sungai Lau Barus. Untuk antisipasi ke depan zona merah tidak boleh ada penghuni. 

Patroli dan penjagaan di pintu-pintu masuk perlu ditingkatkan. Sosialisasi dan pemasangan papan peringatan perlu ditingkatkan. 

"Normalisasi sungai segera dilakukan agar material lahar yang menyumbat saluran dapat berkurang. BNPB dan PVMBG akan segera memasang sistem peringatan dini lahar dingin di Gunung Sinabung," kata Willem

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement