REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia Traffic Watch (ITW) mendesak PT Jasa Marga untuk mencari solusi mengatasi kemacetan parah yang nyaris setiap hari terjadi di ruas jalan tol Jakarta-Tangerang.
Menurut ITW, kemacetan itu dipicu oleh jumlah kendaraan yang melintas tak sebanding dengan daya tampung ruas jalan. Kemudian menimbulkan penumpukan kendaraan pada gerbang tol Karang Tengah, sehingga menimbulkan kemacetan hingga lima kilometer.
“Kemacetan di ruas tol Jakarta-Tangerang sudah sangat merugikan masyarakat, bahkan menjadi momok menakutkan bagi warga,” kata Ketua Presidium ITW, Edison Siahaan dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Rabu(11/5).
ITW menilai, pihak Jasa Marga sangat lambat merespon kemacetan yang sudah berlangsung cukup lama itu. Padahal, setiap jalan berbayar seperti ruas jalan tol harus bebas hambatan. Namun, kata Edison, pihak Jasa Marga seakan tidak peduli keresahan masyarakat dan kerugian material akibat kemacetan tersebut.
“Pengelola jalan tol jangan hanya mau untung saja, yang penting bagaimana mendapatkan uang sebanyak-banyaknya. Tetapi pengelola juga memiliki tanggung jawab untuk mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran (Kamseltibcar) lalu lintas,” tegas Edison.
Ruas tol seharusnya bebas hambatan, yang menjadi pembeda dengan melintas di jalan raya umum. Kalau tol juga macet, itu menandakan pengelolanya tidak bertanggung jawab.
ITW menyarankan, PT Jasa Marga mengontrol jumlah kendaraan yang melintas di ruas tol pada jam-jam tertentu, khususnya di sekitar kawasan pemukiman. Upaya itu bisa dilakukan dengan sistim buka tutup di sejumlah gerbang pintu masuk tol tertentu.
Menurut Edison, langkah buka tutup lajur akan mengurangi kepadatan kendaraan di dalam ruas jalan tol. Kemudian, PT Jasa Marga juga diminta berupaya agar pemerintah membuat kebijakan yang melarang kendaraan ukuran besar seperti truk, kontainer dan truk gandeng melintas pada jam-jam sibuk.