Rabu 11 May 2016 14:20 WIB

Presiden Minta Belanja APBD tidak Diecer-ecer

Presiden Joko Widodo memberikan arahan kepada kepala daerah dalam acara peresmian penutupan Musyawarah Rencana Pengembangan Nasional (Musrenbangnas) Tahun 2016 di Istana Negara, Jakarta, Rabu (11/5).
Foto: Antara/ Yudhi Mahatma
Presiden Joko Widodo memberikan arahan kepada kepala daerah dalam acara peresmian penutupan Musyawarah Rencana Pengembangan Nasional (Musrenbangnas) Tahun 2016 di Istana Negara, Jakarta, Rabu (11/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar pemerintah daerah dalam membelanjakan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), fokus pada kegiatan yang produktif.

Dengan dana yang memadai, Jokowi mengimbau agar belanja APBD tidak diecer-ecer atau dibagi rata untuk semua satuan kerja perangkat daerah (SKPD).

"Kalau dibagi rata atau diecer-ecer tidak akan ada baunya, apalagi rasanya," katanya saat penutupan Musrenbangnas 2016 di Istana Negara Jakarta, Rabu (11/5).

Presiden meminta agar belanja APBD dilakukan secara fokus. Ia mencontohkan tahun pertama pada kegiatan fisik pembangunan jalan.

Menurutnya dengan kontrol yang baik proyek itu pasti akan jadi. Tahun kedua misalnya pembangunan pasar, tahun ketiga pembangunan sekolah.

"Dengan fokus maka dana APBD akan menjadi barang yang bermanfaat yang ada bau dan rasanya," ujarnya.

Presiden mengingatkan sistem perencanaan saat ini sudah bukan money follow function tapi money follow program.

"Misal APBD suatu daerah Rp10 triliun maka dana itu harus dialokasikan secara terfokus pada program prioritas, bukan dibagi rata," katanya.

Jokowi juga meminta agar daerah fokus membangun brand atau deferensiasi berdasar program prioritasnya.

"Saya contohkan ada satu kota di AS yang sudah super fokus di olah raga yaitu Sunny Land, Sumsel dan Palembang juga sudah mengarah ke kota olahraga," katanya.

Menurut Presiden, semakin ke depan, kota superfokus yang akan memenangkan persaingan karena sudah efisien. Ia menyebutkan di Indonesia banyak kota budaya, namun masih terlalu umum, belum ada yang diangkat secara khusus.

"Misal Jogja kekuatan lukis ya lukis, Solo tari ya di tari, sehingga jadi brand. Kota budaya sekarang terlalu luas. Misalnya Ambon dan Bitung di Sulut bisa mengarah ke kota ikan," katanya.

Dalam kesempatan itu Presiden Jokowi juga menginginkan agar bupati dan gubernur setelah berakhir masa jabatannya akan dikenang karena fokus menangani suatu bidang dan berhasil.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement