Rabu 11 May 2016 10:06 WIB

Kembalikan Tulang Tentara Jepang, Mantan Menteri Dapat Penghargaan

Mantan Menteri Pendidikan Muhammad Nuh melaporkan harta kekayaan di Gedung KPK, Jakarta, Selasa (9/12).   (Republika/ Wihdan)
Foto: Republika/ Wihdan
Mantan Menteri Pendidikan Muhammad Nuh melaporkan harta kekayaan di Gedung KPK, Jakarta, Selasa (9/12). (Republika/ Wihdan)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud)  Mohammad Nuh telah menerima penghargaan "The Order of The Rising Sun" dari Pemerintah Jepang yang diberikan oleh PM Jepang, Shinzo Abe, di Istana Kekaisaran Jepang, Tokyo.

Mohammad Nuh yang kini menjadi Ketua Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya dan Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) Institut Teknologi Surabaya (ITS) itu mengemukakan hal itu melalui surat elektronik yang diterima di Surabaya, Rabu (11/5).

Didampingi isteri, Drg Ny Laily Rachmawati, Nuh menerima anugerah tersebut pada Selasa (10/5) siang waktu setempat, karena dianggap paling berjasa dalam upaya mengembalikan tulang tentara Jepang yang gugur pada Perang Dunia II di Papua.

"Bagi saya, soal tulang ini termasuk aneh, tapi saya memandang positif bahwa Pemerintah Jepang telah menunjukkan penghargaan yang sangat besar kepada nenek moyangnya, meski sudah menjadi tulang belulang," katanya.

Sebelumnya, Pemerintah Jepang merasa kesulitan untuk mengembalikan tulang belulang itu ke Jepang, karena itu dianggap sebagai benda cagar budaya, karena telah berusia di atas 50 tahun. "Waktu saya Mendikbud, saya mencoba menggunakan pendekatan berbeda. Bagi Pemerintah Indonesia, tulang belulang itu tidaklah terlalu penting. Saya mencoba konsultasi ke Unesco dan mengatakan kalau tulang-tulang itu bukan bagian dari cagar budaya, melainkan urusan kemanusiaan dan hubungan baik antarnegara. Pihak Unesco menerima dengan usulan itu," katanya.

Jasa lain selama menjabat sebagai Mendikbud RI pada periode 2009-2014, Nuh juga dinilai telah berusaha merintis hubungan kerja sama antarperguruan tinggi Indonesia dan Jepang. "Salah satu bentuknya, saya membentuk Asosiasi Rektor Universitas Jepang-Indonesia dengan pertemuan pertama di Nagoya University pada tahun 2012 yang dihadiri para pejabat dan diplomat di Jepang dan Mantan Presiden RI, B.J. Habibie sebagai pembicara utama," katanya.

Dalam periode yang sama antara tahun 2009-2014, minat siswa dan mahasiswa Indonesia untuk ikut kursus Bahasa Jepang juga meningkat pesat."Mereka menilainya itu atas usaha dan jerih payah dari kebijakan yang saya siapkan," kata Nuh.

Setelah menerima penghargaan, Nuh dan isteri bersama dengan tujuh pasang penerima penghargaan serupa dari beberapa negara, bertemu dengan Kaisar Jepang. Menurut Nuh, tahun 2016 ada 20 penerima penghargaan yang sama dari seluruh dunia, namun hanya delapan penerima yang diundang ke Jepang untuk menerima langsung dari Pemerintah Jepang.

Selain Nuh dari Indonesia, masing-masing penerima penghargaan berasal dari India, Turki, Swedia, Thailand, dan Meksiko."Alhamdulillah, saya termasuk salah satu dari penerima penghargaan yang diundang ke Jepang," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement