REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian meyakinkan stok pangan selama Ramadhan dan Idul Fitri tahun ini aman. Karena stok kedelai dan daging sapi minus, pemenuhannya akan dilakukan melalui impor.
Kementerian Pertanian menilai menjelang Ramadhan dan Idul Fitri, permintaan bahan pangan pokok masyarakat cenderung meningkat. Prediksi produk pangan strategis sendiri diprediksi mengalami surplus. Dilakukan pula pengecekan kesiapan distribusi dari sentra produksi. Operasi pasar bisa dilakukan Kementerian Pertanian dengan menjual komoditas pangan strategis untuk menstabilkan harga.
Kepala Biro Humas Kementerian Pertanian Agung Hendriadi menjelaskan, dari kebutuhan pangan yang ada, hanya kedelai dan daging sapi yang stoknya minus. Stok kedelai sebanyak 244,30 ton dari kebutuhan 443,33 ton pada Juni-Juli 2016. Sementara stok daging sapi sebanyak 76,93 ton dari kebutuhan 115,33 ton pada Juni-Juli 2016.
''Kekurangannya akan diimpor. Prosesnya sudah berjalan,'' kata Agung di Kementerian Pertanian pekan ini.
Produksi gabah pada Maret-April 2016 mencapai 25,1 juta ton, beras 15,7 juta ton dan konsumsi 5,32 juta ton. Sehingga ada surplus 10,38 ton beras. Dengan asumsi konsumsi beras 2,5 juta ton per bulan, konsumsi beras Mei hingga Juli 2016 masih menghasilkan surplus sekitar 2,88 ton beras.
''Jadi kalau Juni dan Juli tidak panen, stok beras aman,'' ungkap Agung.
Selain itu, dalam waktu dekat Kementan juga akan meluncurkan program Toko Tani Indonesia untuk membantu mengendalikan harga bahan pangan. Dari target 1.000 toko, saat ini sudah ada 300 Toko Tani tersebar di seluruh Indonesia.
''Toko Tani memakai jaringan di daerah seperti gabungan kelompok tani. Tidak bangun toko baru,'' kata Agung.
Program ini diharapkan bisa memperpendek rantai pasok dengan harga stabil. Dengan begitu, produsen mendapat keuntungan wajar tanpa menghilangkan pelaku perdagangan dan konsumen mendapat produk berharga murah. Program ini juga diharapkan menciptakan struktur pasar baru dengan keseimbangan produsen, pedagang dan konsumen.