REPUBLIKA.CO.ID, SIMALUNGUN -- Masyarakat yang tinggal di kecamatan Haranggaol, Simalungun, Sumatra Utara (Sumut) menyayangkan kurang sigapnya pemerintah mengatasi kematian masal ikan di perairan Danau Toba di wilayah tersebut. Koordinator Kelompok Perikanan Haranggaol, Hasudungan Siallagan mengatakan, hingga saat ini, masyarakat masih mengandalkan tenaga mereka sendiri untuk membersihkan bangkai ikan.
"Dari pemerintah kabupaten dan instansi berwenang belum ada," kata petani Keramba Jaring Apung (KJA) yang memiliki lima keramba ini, Kamis (5/5).
Hasudungan mengatakan, masyarakat Haranggaol melakukan gotong royong untuk membersihkan bangkai ikan yang mati di kerambah mereka. Sejak Rabu (4/5) kemarin, mereka menyewa alat berat dan truk untuk mengangkat dan membuang bangkai ikan tersebut.
"Kami patungan Rp10 ribu sampai Rp 20 ribu untuk biaya yang diperlukan, seperti menyewa truk dan eskavator untuk membersihkan bangkai ikan" ujar Hasudungan.
Hari ini, Hasudungan mengatakan, masyarakat tidak melakukan pengangkatan dan pembersihan ikan yang mati. Rencananya, besok mereka akan kembali membersihkan ribuan bangkai ikan mas dan nila yang mengapung setelah kemarin mangangkat sekitar 800 ton bangkai ikan.
Seperti diberitakan sebelumnya, seribuan ton ikan yang dibudidayakan petani Keramba Jaring Apung (KJA) di perairan Danau Toba, tepatnya di wilayah kecamatan Haranggaol, Simalungun, Sumut mati mendadak. Kematian ikan secara massal mulai terjadi sejak Senin, (2/5) lalu.
Kejadian ini disebut dikarenakan kurangnya kadar oksigen di dalam air akibat cuaca. Akibat kejadian ini, para petani ikan yang memiliki kerambah gagal panen dan kesulitan membayar cicilan modal ke bank.