Senin 02 May 2016 11:24 WIB

Ikut Bebaskan Sandera, Hendropriyono: Surya Paloh Patriotik

Sepuluh orang Warga Negara Indonesia (WNI) yang telah dibebaskan kelompok teroris Abu Sayyaf tiba di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Ahad (1/5) malam.
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Sepuluh orang Warga Negara Indonesia (WNI) yang telah dibebaskan kelompok teroris Abu Sayyaf tiba di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Ahad (1/5) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) periode 2001-2004, AM Hendropriyono menyebutkan Surya Paloh merupakan patriotik bangsa Indonesia karena telah membantu membebaskan 10 WNI yang disandera oleh kelompok Abu Sayyaf di Filipina.

"Selamat atas keberhasilan perjuangan patriotik Surya Paloh dan kawan-kawan. Terimalah rasa bangga dan terima kasih kami bangsa Indonesia atas pengabdianmu sebagai pahlawan bangsa yang berani, cerdas dan tanpa pamrih," kata Hendropriyono dalam keterangan tertulisnya, Senin (2/5).

(Baca juga: Ada Tim Surya Paloh di Pembebasan Sandera Abu Sayyaf?)

Sebelumnya dilaporkan, berkat kerja sama banyak pihak, 10 anak buah kapal (ABK) warga Indonesia yang disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina sejak akhir Maret 2016, bisa dibebaskan pada Ahad (1/5).

Salah satu pihak yang berperan dalam pembebasan 10 ABK asal Indonesia tersebut ialah tim kemanusiaan Surya Paloh. Tim itu merupakan sinergi jaringan pendidikan Yayasan Sukma di bawah Ahmad Baedowi dan Media Group.

Partai NasDem lewat Ketua Fraksi Partai NasDem di DPR, Victor Laiskodat, dan anggota fraksi, Mayjen (Purn) Supiadin juga ambil bagian.

Menurut Deputi Chairman Media Group Rerie L Moerdijat, pembebasan ke-10 sandera dilakukan di Pantai Parang, Sulu, Mindanao, sekitar pukul 12.15 waktu setempat. Proses pembebasan itu sudah diupayakan sejak 23 April 2016.

Jaringan Yayasan Sukma berdialog dengan tokoh masyarakat, LSM, dan lembaga kemanusian daerah Sulu yang punya akses langsung ke pihak Abu Sayyaf.

"Proses pembebasan berlangsung dinamis serta lancar karena Yayasan Sukma menggunakan pendekatan pendidikan. Jauh sebelumnya sudah ada kerja sama pendidikan antara Yayasan Sukma dan pemerintah otonomi Moro Selatan," jelas Rerie.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement