REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bekerja sama dengan mahasiswa pecinta alam melakukan survei timbulan sampah dan aksi bersih taman nasional dan kawasan wisata (gunung). Kegiatan ini berlangsung pada tanggal 11-24 April 2016.
Survei berlangsung di Taman Nasional Kerinci Seblat, Taman Nasional Gunung Rinjani, Taman Nasional Gede Pangrango, Taman Nasional Gunung Merbabu, Taman Nasional Gunung Merapi, Gunung Sindoro, Gunung Argopuro. Survei juga dilakukan di Gunung Prau, Taman Nasional Gunung Ciremai, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Taman Nasional Halimun Salak, Gunung Sumbing, Gunung Papandayan, Gunung Bawakaraeng, dan Gunung Halau Halau.
Kepala Biro Humas Kementerian LHK, Novrizal, mengatakan, survei pertama dilaksanakan di delapan destinasi, yaitu Taman Nasional Kerinci Seblat, Taman Nasional Gunung Rinjani, Taman Nasional Gede Pangrango, Taman Nasional Gunung Merbabu, Taman Nasional Gunung Merapi, Gunung Sindoro, Gunung Argopuro, dan Gunung Prau.
Dia menjelaskan, berdasarkan data hasil survei di delapan destinasi tersebut, terdapat 453 ton sampah yang dihasilkan oleh 150.688 orang pendaki/pengunjung setiap tahunnya atau sampah yang dihasilkan sekitar 3 kg per pengunjung.
Sekitar 53 persen (250 ton lebih) merupakan sampah plastik yang sangat sulit terurai dan secara permanen berpotensi mencemari ekosistem taman nasional. Hasil tersebut menggambarkan permasalahan sampah yang perlu diwaspadai berkaitan dengan salah satu fungsi taman nasional sebagai destinasi wisata yang harus bersih dari sampah dan pemeliharaan serta pelestarian flora fauna endemik.
Tujuh destinasi yang lain masih dalam proses penghitungan. Output kegiatan dari survei ini akan menghasilkan Profil Taman Nasional Berbasis Pengelolaan Sampah dan Pelestarian Flora Fauna Endemik. Profil ini akan menjadi basis data bagi pengembangan Taman Nasional sebagai destinasi wisata yang berkelanjutan.