Rabu 27 Apr 2016 22:25 WIB

Mematahkan 6 Mitos yang Salah Dalam Pengembangan Software

Mahasiswa AMIK BSI menyimak penjelasan Romi Satria mengenai mitos di bidang software.
Foto: Dok BSI
Mahasiswa AMIK BSI menyimak penjelasan Romi Satria mengenai mitos di bidang software.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak mitos yang menjadi momok bagi pengembang software. Tidak sedikit dari pengembang menjadikan enam  mitos menjadi landasan pemikiran mereka. Menyebabkan perangkat lunak yang telah dibuat tidak siap diterima masyarakat. Hampir semua peralatan elektronik digerakkan oleh software, dan hampir semua disiplin ilmu pasti membutuhkan software.

Tentunya informasi tersebut menjadi dasar penting untuk diketahui oleh mahasiswa Akademi Manajemen Informatika dan Komputer Bina Sarana Informatika (AMIK BSI). Oleh karenanya AMIK BSI menggelar seminar software engineering, bertajuk “How To Creating a guarantee  software which can compete in the era economic community”.

Acara tersebut diadakan  di Aula kampus BSI Fatmawati Jakarta, Selasa (26/4).  Pembicaranya adalah tokoh yang telah mumpuni di bidangnya, yakni  Romi Satria Wahono. Ia adalah  founder Ilmukomputer.com dan CEO PT Brainmatics Cipta Informatika.

Romi memaparkan enam  mitos yang salah dalam pengembangan software di kalangan pengembang software.

“Mitos pertama yang melatarbelakangi mahasiswa  membuat software adalah sistem masih manual. Mitos ini yang selalu membuat proyek menjadi gagal, dan tidak menghasilkan keuntungan,” ujarnya.

Mitos kedua, kata Romi,  kualitas software dinilai dari teknologi.  “Ini salah kaprah bagi startup pengembang aplikasi karena yang menentukan software berkualitas dilihat dari keunikan ide dan sesuai kebutuhan”, ujar Romi.

Romi menambahkan bahwa mitos ketiga yaitu kemampuan terpenting bagi developer adalah kemampuan coding. “Hal ini salah, karena dalam siklus pengembangan software dibagi ke dalam beberapa persentase kemampuan seperti Planning (15%), Analysis (20%), Design (35%) dan Implementation (30%), sedangkan coding terdapat pada tahapan Implementasi,” tutur Romi.

Sementara mitos keempat, Romi menambahkan, yaitu jika proyek  molor maka tinggal ditambahkan saja. Bagi pengembang,  ini juga merupakan keputusan yang salah.

 

Romi mengemukakan, mitos kelima adalah software yang dibuat mirip dengan software yang ada. Hal ini yang membuat produk pengembang menjadi tidak diminati masyarakat. “Untuk itu lakukan inovasi terbaru dengan segmern pasar baru dan prediksi yang besar,” kata Romi.

Mitos terakhir, ujar Romi,  adalah pengembangan software dilakukan hanya untuk mencari nafkah. “Ini juga pemahaman yang salah. Untuk itu,  cintai apa yang dikerjakan saat ini,”  tegas Romi.

Penanggung jawab kegiaan Imam Nawawi mengatakan pemaparan materi yang menarik tersebut menjadi pengetahuan baru bagi mahasiswa AMIK BSI. “Ketika kelak  lulusan   BSI telah bekerja di  bidang pengembangan software, mereka  tidak melakukan kesalahan yang sama,” ujar Imam Nawawi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement