REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) akan mengundang 35 ulama dari berbagai negara untuk menghadiri International Summit of The Moderate Islamic Leaders (ISOMIL) pada 9-10 Mei mendatang. Usai menemui Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK), Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siradj, mengatakan dalam acara ini akan dibahas berbagai masalah, termasuk radikalisme dan terorisme.
"Ingin menyamakan persepsi sikap bahwa Islam itu anti radikalisme, anti kekerasan, bahkan anti terorisme. Islam itu membawa hidayah petunjuk sama sekali tidak benar kalau Islam itu diperalat sebagai legitimasi untuk kekerasan apalagi teror," jelas Said Aqil di kantor Wakil Presiden, Jakarta, Rabu (27/4).
Menurut dia, penyelenggaraan ISOMIL ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) yang digelar di Jakarta beberapa bulan lalu. Said Aqil menjelaskan, Islam merupakan agama yang ramah dan berakhlak, serta mengajarkan toleransi antarsesama. Pernyataan Said Aqil ini merespons berbagai tindakan kelompok teroris yang mengatasnamakan Islam.
"Ini karena situasi lebih membutuhkan ada sikap tegas, sebenarnya kiai-kiai dari dulu antiradikalisme antiterorisme," kata Said Aqil.
Indonesia, kata dia, perlu menunjukan Islam yang damai kepada negara-negara lainnya, khususnya negara di Timur Tengah.