REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Wakil Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono menyatakan tetap akan mempertahankan sekitar 30 persen lahan yang ada untuk pertanian.
"Khususnya di kawasan Pontianak Utara, akan diusahakan agar tetap tersedia minimal 30 persen dari luas lahannya untuk tetap menjadi lahan pertanian," kata Edi Rusdi Kamtono, Ahad (24/4).
Ia menjelaskan, dipertahankannya lahan pertanian dan peternakan di kawasan Pontianak Utara, karena lahannya bergambut sehingga subur untuk lahan pertanian. Jika lahan yang bergambut bisa dikelola dengan baik, maka hasil pertaniannya pun akan memuaskan.
"Ternyata sebagian besar pasokan sayur mayur di Kota Pontianak dan sekitarnya memang dipasok dari hasil pertanian di kawasan Pontianak Utara," ungkapnya.
Sebelumnya, Pemkot Pontianak melalui Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan setempat melakukan panen 17,5 ton bawang merah guna menekan harga komoditas tersebut di pasar yang kini Rp45 ribu kilogramnya, sehingga menyumbang inflasi sebesar 3,4 persen.
Edi menargetkan, dengan dipanennya bawang merah hasil tanaman petani di Kota Pontianak, maka bisa menurunkan inflasi dari sektor bawang merah hingga di bawah satu persen.
Sementara itu, Kepala Bidang Bina Produksi Hortikultura, Dinas Pertanian TPH Kalbar, Sofian Suri menyatakan, pihaknya bekerjasama dengan Pemkot Pontianak telah melakukan uji coba penanaman bawang merah di Pontianak.
Bahkan hasilnya melebihi target, yakni delapan sampai sembilan ton bawang merah kering per satu hektare lahan.
Terkait hal itu, lanjutnya, pihaknya berhasil mematahkan pendapat jika bawang merah sebelumnya dianggap tidak cocok ditanam di Kalbar. Karena sekarang sudah dikembangkan benih atau varietas bawang merah yang bisa hidup di wilayah dataran rendah.
"Bahkan kami membuktikan menanam di lahan marjinal seperti tanah gambut," tuturnya.