REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Masyarakat yang melakukan perjalanan wisata ke Pulau Bali tidak perlu takut berlebihan akan adanya uang kertas palsu. Hal itu mengingat keberadaan uang palsu di Pulau Dewata berkurang secara signifikan.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Dewi Setyowati di Denpasar Ahad (24/4) mengatakan ada tendensi penurunan jumlah uang kertas rupiah palsu yang terindentifikasi di masyarakat di daerah ini pada triwulan VI-2015. Dalam laporan statistik ekonomi keuangan daerah Provinsi Bali menyebutkan bahwa di Bali, terindikasi uang kertas rupiah palsu pada triwulan IV-2015 sebanyak 1.372 lembar, mengalami penurunan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat 1.591 lembar.
Namun dia mengatakan masyarakat perlu tetap waspada, sembari pihaknya terus menyosialisasikan ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada masyarakat umum dan pelaku usaha di Bali untuk meminimalisir peredaran uang palsu.
Dewi menyebutkan, pihaknya senantiasa mengintensifkan kerja sama dengan kepolisian dalam menekan peredaran uang palsu dan upaya itu memberikan manfaat yang besar. Hal itu melihat kondisi jika dibandingkan tahun sebelumnya seperti pada 2014 ditemukan 4.733 lembar uang palsu.
"Masyarakat hendaknya tidak perlu terlalu khawatir karena para petugas kasir perusahaan-perusahaan yang berkaitan dengan perdagangan terutama pada pasar swalayan sudah melengkapi diri terhadap alat pendeteksian uang kertas," ujarnya.
Jadi kalau terjadi percobaan peredaran uang palsu akan cepat ketahuan dan selanjutnya dilaporkan kepada pihak yang berwajib atau ke Bank Indonesia sehingga mendapat penanganan dengan baik dan cepat. Di lain pihak, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali terus berkomitmen dalam meningkatkan kualitas uang layak edar di masyarakat (clean money policy), salah satunya dengan menarik uang lusuh atau rusak dari aliran uang yang masuk (inflow).
Penyediaan uang layak edar tersebut dilakukan melalui kegiatan penukaran uang dan kas keliling yang dilakukan hingga ke Nusa Penida, Kabupaten Klungkung yang merupakan salah satu daerah terpencil. Frekuensi layanan kas keliling pada triwulan IV 2015 mencapai 25 kali.