Sabtu 23 Apr 2016 23:15 WIB

Sisi Positif dan Negatif Demokrasi Indonesia Versi Cak Imin

Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar memberikan keterangan pers terkait hasil sementara Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif 2014 di Jakarta, Kamis (10/4).
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar memberikan keterangan pers terkait hasil sementara Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif 2014 di Jakarta, Kamis (10/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Abdul Muhaimin Iskandar membeberkan sisi positif dan negatif perjalanan demokrasi Indonesia.

Di hadapan puluhan pimpinan partai politik se-Asian dalam International Clonference of Asian Political PartIes (ICAPP) di Jakarta, Sabtu (23/4), Cak Imin, begitu akrab disapa mengatakan, demokratisasi di Indonesia berawal dari tumbangnya rezim otoriterian di bawah pimpinan Suharto.

Perjuangan demokrasi dan  reformasi menghasilkan menjamurnya partai politik. Bahkan, partai dapat didirikan oleh orang dengan kelompoknya. “Rakyat Indonesia begitu senang,” tuturnya.

Seiring berjalannya waktu, ungkap Cak Imin, puluhan parpol yang berdiri di era reformasi tersebut mengalami kristalisasi dan seleksi alam. Baik melalui pemilihan umum maupun dukungan langsung dari masyarakat untuk menjadi anggota.

Pemilu kemudian menyisahkan sepuluh partai yang ada di parlemen saat ini. Namun, demokrasi memiliki dampak positif dan negatif.

Sisi positifnya masyarakat dapat menentukan sendiri siapa yang dinilai memiliki kemampuan memimpin mereka. Apakah mereka tokoh di pusat atau daerah.

Ia menyebut contoh nyatanya adalah Presiden Jokowi, karena dicintai rakyat, ia berhasil menjadi walikota, guburnur dan presiden dalam waktu singkat.

Namun sisi negatifnya, ujar Cak Imin, proses demokratisasi yang baru berjalan menghasilkan kematangan sekaligus kebebasan yang kebablasan.

Persaingan tak mengenal batas dan etika melahirkan kampanye hitam dan perbuatan negatif lainnya. Kendati demikian, partai politik sebagai katalisator rekrutmant legislatif semakin menguat dan semakin dewasa sehingga secara bertahap partai politik menjadi pilihan rakyat untuk menyampaikan aspirasi.

Cak Imin mencatat tiga solusi untuk mengatasi uforia berlebihan. Pertama, undang-undang harus dipertegas. Kedua, penguatan partai politik sebagai sumber rekrutman legislatif. Ketiga, media massa yang kuat.

"Ketiga point tersebut dapat menambah kematangan demokrasi jika dijalankan dengan kesungguhan,"ujarnya.   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement