Kamis 21 Apr 2016 19:13 WIB

Fatayat NU: Perempuan Berperan Penting Jaga Keutuhan Bangsa

Ketua Umum PP Fatayat NU Anggia Ermarini (kanan) didampingi pengurus PP Fatayat NU Ar Maryati Sholihah dan Nur Nadlifah (kiri-kanan) memberikan konferensi pers di Jakarta, Kamis (8/10).
Foto: Republika/Darmawan
Ketua Umum PP Fatayat NU Anggia Ermarini (kanan) didampingi pengurus PP Fatayat NU Ar Maryati Sholihah dan Nur Nadlifah (kiri-kanan) memberikan konferensi pers di Jakarta, Kamis (8/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) Anggia Ermarini mengingatkan, kadernya untuk tak hanya berjuang bagi keluarganya, tetapi juga berkiprah lebih bagi bangsa dan negara. Ungkapan 'perempuan adalah tiang negara' memiliki makna, perempuan punya peran penting dalam menjaga dan mempertahankan keutuhan bangsa dan negara.  

"Bagaimana caranya? Perempuan sebagai pendidik pertama dan utama dalam keluarga menjadi harapan dalam menciptakan generasi yang diharapkan bagi bangsa, negara dan agama," ujar Anggia dalam peringatan hari lahir ke-66 Fatayat NU‎ di Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat (21/4).

Anggia berharap, pada usia ke-66, Fatayat NU semakin matang dalam berorganisasi. Dia mengingatkan, tahun 24 April 1950, bertepatan dengan 6 Rajab 1369 Hijriah, Fatayat NU lahir sebagai organisasi gerakan perempuan yang berakar dari tradisi keislaman dan keindonesian dengan nilai-nilai ahlussunnah wal jamaah.

Dia menyatakan, seluruh kader hendaknya mengingat kembali perjuangan tiga perempuan NU yang telah berjuang dengan gigih. Julukan 'Tiga Serangkai' itu disematkan kepada Nyai Chuzaimah Mansur dari Gresik, Nyai Murthosiyah Chamid dari Surabaya dan Nyai Aminah Mansur dari Sidoarjo.

"Kita harus meneruskan perjuangan mereka. Tantangan dan respon yang kita berikan pasti akan berbeda dengan masa awal pendirian Fatayat NU. Hari ini tantangan Fatayat semakin kompleks dan semakin beragam, seiring dengan perubahan zaman," ujarnya.

Anggia menyatakan, keyakinan beragama yang lebur dengan nilai budaya Indonesia adalah potensi kekuatan bangsa dalam mempertahankan kehidupan berbangsa dan bernegara. Tentunya, lanjut dia, selain meningkatkan kapasitas lembaga dan penguatan kemandirian ekonomi kader , Fatayat juga memiliki sejumlah agenda eksternal.

Seperti, penguatan kebijakan negara yang melindungi perempuan dan anak dan penguatan budaya Islam Nusantara. Hal itu dilakukan untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN dan segala bentuk komunikasi dan transaksi global.

Karena itu, Fatayat terus meningkatkan kualitas segala potensi dan mencari inovasi yang mutakhir dalam pemberdayaan kadernya.‎ "Di antaranya, pendidikan parenting dan pelatihan berbagai UMKM kepada para kader," ucap Anggia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement