Senin 18 Apr 2016 20:56 WIB

Petani Brebes Berantas Hama dengan 'Jebakan Kuning'

Rep: C21/ Red: Didi Purwadi
Petani memeriksa tanaman bawang merah di area persawahan Desa Larangan, Kecamatan Larangan, Brebes, Jawa Tengah, Senin, (11/4). (Republika/Agung Supriyanto)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Petani memeriksa tanaman bawang merah di area persawahan Desa Larangan, Kecamatan Larangan, Brebes, Jawa Tengah, Senin, (11/4). (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Petani bawang merah di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, punya cara aman dalam memberantas hama ngengat yang biasa menyerang tanaman bawang merah. Mereka melakukannya dengan membuat 'jebakan kuning' atau 'yellow trap'.

Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah, Maryadi, mengatakan teknik 'jebakan kuning' ini mampu mengurangi penggunaan peptisida. 'Jebakan kuning' ini pun dinilai lebih ramah lingkungan dalam membasmi hama.

''Selain itu, satu hektar enggak sampai Rp 200 ribu untuk membeli peralatan seperti lem tikus," kata Maryadi, kepada sejumlah wartawan, Senin (18/4).

Modal sebesar Rp 200 ribu digunakan untuk membeli 24 kaleng lem tikus untuk keperluan pembuatan 'jembakan tikus'. Lem tersebut diolesi di papan yang sudah dicat warna kuning terang.

Hama ngengat yang tertarik warna terang 'jebakan kuning' itu akan hinggap dan tertempel lem hingga akhirnya mati.

''Sebanyak 24 kaleng lem dapat dibeli untuk mengolesi papan empat kali dalam sebulan,'' katanya. ''Jadi, jebakan hama semacam ini dapat mengurangi penggunaan pestisida.''

Untuk menjebak ngengat jantan, petani di kabupaten Brebes punya cara lain. Mereka menggunakan feromon yang biayanya mencapai Rp 700-800 ribu per hektar.

Caranya dengan menuangkan cairan feromon ke dalam botol yang diberi lubang. Sehingga ngengat tertarik dengan bau feromon sehingga masuk dan akhirnya terjebak dalam botol.

Dengan mengurangi populasi ngengat jantan, petani dapat menekan tingkat perkawinan ngengat sehingga mampu mengurangi populasi hama.

"Dulu waktu belum pakai feromon, kita hanya mengandalkan pestisida. Sekarang menggunakan feromon bisa ditekan jumlah populasi kupu-kupu jantan, akhirnya mengurangi kawin, jadi enggak banyak telur,'' kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement