REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Djan Faridz menangis tersedu-sedu saat menyampaikan ungkapan dukacita pada pemakaman Didin Suparyanto (19 tahun). Didin adalah simpatisan PPP yang menjadi korban pelemparan bom molotov, kemarin.
Djan menyampaikan perasaan kehilangan yang begitu mendalam dari keluarga besar partai berlambang kabah.
“Saya merasa kehilangan anak sendiri. Berat bagi saya, karena baru kali ini saya melihat anggota P3 menderita luka-luka dan meninggal,” katanya sambil bercucur air mata di rumah duka, Senin (18/4). Sambutan duka tersebut disahuti teriakan takbir dari ribuan simpatisan PPP yang hadir di pemakaman.
Djan kemudian berdoa agar almarhum Didin diterima di sisi Allah SWT sebagai pejuang Islam, yang dengan cepat diamini para pelayat. Ia berharap agar kejadian serupa tidak terulang. Jika pun kejadian semacam itu terjadi lagi, Djan beserta Laskar PPP mengaku siap bertahan memperjuangkan Islam.
Djan meyakini serangan terhadap Didin kemarin bukan dilatarbelakangi oleh konflik dualisme yang saat ini terjadi di PPP. Sebab, persengkataan dua kubu di partai berlambang hijau itu merupakan urusan Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, dan PPP sendiri.
“Kita akan ajukan pengaduan kepada Kapolri, agar peristiwa ini bisa jadi perhatian. Ini bukan masalah dualisme,” katanya. Sementara itu, Bupati Selaman, Sri Purnomo yang turut hadir dalam pemakaman menyampaikan turut berduka cita.
Ia mendoakan agar keluarga yang ditinggal Didin bisa menjalani kehidupan dengan tegar. Pasalnya, Didin merupakan anak yang baik dan senang membantu orang tuanya. “Untuk kasus ini kami menyerahkan sepenuhnya pada kepolisian,” kata Sri.
Didin dimakamkan sekitar pukul 12.00. Jenazah siswa SMKN 1 Sleman itu dikebumikan di Pemkaman Warga Bolawen, Tlogoadi, Mlati yang berlokasi tidak jauh dari rumah. Hampir bersamaan dengan pemakaman, pihak kepolian melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) di Jalan Kebonagung, Dusun Kronggahan, Desa Sendangadi, Kecamatan Mlati.