Sabtu 16 Apr 2016 16:31 WIB

Orang Tua Perlu Kenali Gelagat Anak Kecanduan Pornografi

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Ilham
Stop pornografi, ilustrasi
Foto: yigidrip.wordpress.com
Stop pornografi, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Orang tua diminta untuk mengenali gelagat anak yang sudah kecanduan pornografi. Upaya ini perlu dilakukan agar bisa menyembuhkan anak dari kecanduan tersebut.

Pendiri Yayasan Kita dan Buah Hati, Elly Risman mengatakan, orang tua dan guru sangat perlu mengenali ciri-ciri kecanduan itu pada anak sejak dini. “Pertama, belajarlan untuk membaca bahasa tubuh anak,” kata Elly seperti dikutip laman sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id, Sabtu (16/4). Sikap kerap menyendiri, kikuk, canggung, dan sebagainya harus menjadi perhatian serius para orang tua dan guru.

Elly juga menerangkan, kondisi anak saat bosan, merasa sendiri, marah, takut, tertekan, dan lelah. Menurut dia, para orang tua harus mewaspadai saat anak berada dalam kondisi itu. Hal-hal itu bisa menjadi awal mula kecanduan anak terhadap pornografi.

Jika hal ini terjadi, dia menyarankan, para orang tua dan guru untuk mendengarkan perasaannya.“Ingat, orang yang melihat pornografi kebanyakan merasa kaget, malu, jijik, dan merasa bersalah,” ujar Elly.

Para orang tua hanya perlu memberikan penguatan saat anak berada dalam situasi demikian. Mereka perlu meyakinkan anak bahwa kecanduan ini dapat ditangani. Namun penanganan ini memang membutuhkan bantuan dari orang lain. Untuk itu, anak ditekankan agar tidak malu meminta bantuan.

Setelah melakukan upaya itu, orang tua harus mendengarkan penjelasan anak secara aktif. Upaya tersebut sebagai langkah menemukan penyebab mula terekspos pornografi pada anak. “Apakah melalui games, majalah, video pornografi kiriman teman, dan sebagainya,” jelas Elly.

Menurut Elly, hal yang penting ditanyakan pada anak adalah kapan pertama kali melihat pornografi, apa yang kamu rasakan serta apa yang dapat ayah dan ibu bantu. Pada momen ini, para orang tua diusahakan untuk tidak tergesa-gesa dalam berbicara.

Kemudian, Elly menuturkan, para orangtua juga harus menghindari komunikasi yang menyalahkan. Ia mencontohkan kalimat “Kamu sih main handphone terus!” yang notebenenya sangat  memerintah. Orang tua hanya perlu menggunakan kalimat yang lebih halus saat situasi ini seperti  “Ya sudah, stop pakai handphone!”

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement