REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengatakan provinsi ini masih kekurangan tenaga profesional dokter gigi untuk menunjang pelayanan masyarakat karena keberadaan dokter gigi yang tidak merata, khususnya di puskesmas.
Dalam pembukaan 'Rapat Kerja Nasional Persatuan Dokter Gigi Indonesia' dan 'Seminar Nasional Scietific and Technology Update in Dentistry' di Surabaya, Jumat (15/4), ia mengatakan sebanyak 152 puskesmas di Jatim hingga saat ini belum mempunyai tenaga kesehatan dokter gigi.
"Indonesia masih kekurangan tenaga profesional dokter gigi, termasuk di dalamnya provinsi Jatim. Dengan jumlah penduduk sekitar 38 juta jiwa, hanya 4.100 dokter gigi yang terdaftar di Jatim dengan rasio 1:10 atau seorang dokter gigi untuk 10 ribu penduduk," katanya.
Ia mengatakan angka itu sudah sesuai standar, namun penyebarannya belum merata karena para dokter gigi belum tergerak untuk mengabdi di wilayah dengan pelayanan kesehatan kurang, seperti di daerah terpencil. "Sebanyak 152 dari 960 puskesmas di 855 desa di Jatim tidak memiliki dokter gigi, padahal fakultas kedokteran gigi semakin bertambah. Kurangnya kesadaran, kepedulian, dan nasionalisme menjadi alasan lulusan kedokteran gigi tidak mau ditempatkan di daerah," jelasnya.
Menurut dia, sebagian besar dokter gigi yang ada di Jatim menumpuk di kota-kota besar, seperti Surabaya, Sidoarjo, Malang dan Jember, bahkan lebih dari 40 persen dokter gigi berada di Surabaya. "Padahal menurut Permenkes RI Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas, setiap puskemas harus memiliki minimal satu orang dokter gigi. Jika tidak terpenuhi, maka akan menyulitkan proses akreditasi puskesmas," ujarnya.