Kamis 14 Apr 2016 19:30 WIB

Bocah Luar Batang: Tak Ada Hebatnya Tinggal di Istana Negara

Rep: C18/ Red: Ilham
Foto aerial suasana penggusuran kawasan permukiman Pasar Ikan Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara, Jakarta, Senin (11/4). (Antara/Andika Wahyu)
Foto: Antara/Andika Wahyu
Foto aerial suasana penggusuran kawasan permukiman Pasar Ikan Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara, Jakarta, Senin (11/4). (Antara/Andika Wahyu)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Langit gelap menghiasi atap kampung Akuarium dan Pasar Ikan, Kamis (14/4) sore. Langit mendung seakan menangisi peristiwa gusuran Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI di kedua permukiman warga tergusur.

Marah, kesal, atau benci bercampur menjadi satu dalam dada warga terdampak gusuran revitalisasi yang dicanangkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Di tengah perasaan campur aduk yang dirasakan warga, tiga anak kecil dengan riang bermain di tengah tumpukan puing sisa gusuran pemerintah.

Ketiga bocah sekolah dasar itu sesekali membungkuk memungut puing tersisa dari bangunan di kawasan tergusur. Dipungutnya potongan besi fondasi bekas rumah yang sempat berdiri di Kampung Akuarium.

Besi itu bukan digunakan sebagai alat untuk bermain. Melainkan sengaja dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam karung untuk kemudian dijual dan ditukarkan dengan rupiah.

Pakaian seragam dan sekadar jajan merupakan tujuan ketiga bocah itu memulung barang bekas. Maklum, ketiganya merupakan korban gusuran pemerintah di Kampung Akuarium.

Tempat tinggal ketiga bocah itu kini sudah tidak berdiri lagi. Alat berat telah merobohkan rumah mereka pada awal pekan lalu. Yang tersisa hanya bongkahan dinding yang tergeletak di atas tanah.

Satu dari tiga bocah itu, Sandi mengaku mulai mengumpulkan besi selepas sekolah. Di bawah terik menyengat, murid kelas tiga SD ini terus mengumpulkan puing besi.

"Targetnya sehari mau empat karung," kata Sandi sembari meminum es teh manis dalam bungkusan plastik.

Hari ini Sandi sudah bekerja empat jam untuk mengumpulkan puing besi. Di dekatnya terdapat dua karung berukuran kecil sudah penuh dengan rongsokan.

Besi yang sudah dikumpulkan itu lantas diangkut dan diletakkan bersama karung-karung lainnya di tempat tinggal baru Sandi di kawasan Kampung Luar Batang. Kalau sudah mencukupi, tumpukan karung itu kemudian dijual kiloan di kawasan Muara Baru.

"Satu kilo biasa dijual Rp 2.000, sekali jual bisa dapat Rp 80 ribu," kata bocah yang pagi tadi belajar matematika.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement