REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia dan Malaysia menjadi korban tindak terorisme militan Abu Sayyaf di Filipina. Sebanyak 10 warga negara Indnonesia dan empat warga Malaysia menjadi sandera kelompok militan tersebut.
"Ada kerja sama dalam masalah teroris. Kita anggap pasukan Abu Sayyaf adalah teroris," kata Duta Besar Malaysia untuk Indonesia, Datuk Seri Zahrain Mohamed Hashim kepada wartawan, Selasa (12/4).
Kedua negara juga bekerja sama dengan Filipina untuk pembebasan anak buah kapal (ABK) yang menjadi korban Abus Sayyaf.
Ia menegaskan, kelompok militan Abu Sayyaf bukanlah masalah kecil. Sebab, Filipina sendiri kesulitan dan menderita korban jiwa pada pasukan keamanannnya dalam menghadapi mereka. Sebanyak 18 tentara Filipina tewas dalam pertempuran kontra Abu Sayyaf.
Pentingnya penyelesaian Abu Sayyaf diakui Zahrain bisa dibawa ke tingkat yang lebih tinggi. "Mungkin akan dibicarakan ke tingkat ASEAN," ujarnya. KTT ASEAN akan digelar Mei nanti di Laos.
Kelompok Abu Sayyaf menyandera 10 WNI dan meminta tebusan senilai 50 juta peso atau sekitar Rp 15 miliar. Kesepuluh WNI merupakan awak kapal Anand 12 yang diculik 26 Maret lalu di perairan Tambulian, Kepulauan Sulu Filipina.