REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA – Kebun Binatang Surabaya (KBS) menjalin kerjasama dengan sejumlah lembaga konservasi sebagai solusi untuk kelebihan ratusan satwa di KBS. Kerja sama tersebut bisa dalam bentuk hibah atau tukar menukar satwa.
Direktur Utama Perusahaan Daerah Taman Satwa KBS (PDTS KBS), Aschta Bustani Tajudin, mengatakan, KBS telah melakukan MoU dengan Bali Bird Park, Bali Zoo, Kebun Binatang Medan, Kebun Binatang Bukittinggi, Kebun Binatang Lampung, Maharani Zoo, Jatim Park, lembaga konservasi di Lombok, dan Taman Safari Lagun Bintan. Kerjasama dengan lembaga konservasi lain dinilai penting karena persoalan lokasi dan anggaran makan satwa.
“Yang di Jawa tidak bisa saya tukeran karena semua sedulur, itu dari Ragunan dan KBS, jadi mau tidak mau saya harus keluar Jawa,” kata Aschta kepada wartawan di Balaikota Surabaya, Senin (11/4).
Dia menjelaskan, KBS meminta proses pertukaran satwa melalui hibah karena dalam pertukaran tersebut ada sisi teknis yang akan cukup sulit soal transparansinya. Sebab satwa ditukar satwa akan sulit dinilai dengan uang.
Oleh sebab itu, untuk menjaga transparansi, proses hibah akan dimediasi oleh Kementerian Kehutanan dan Lembaga Ilmu Pengetahun Indonesia (LIPI). Untuk jenis satwa yang dilindungi, hibahnya harus sesama lembaga konservasi milik pemerintah, namun untuk satwa tidak dilindungi boleh melakukan hibah dengan swasta, penangkaran atau lainnya.
Aschta menyebutkan, saat ini KBS memiliki jumlah satwa sekitar 2.200 ekor, dengan keanekaragaman satwa sebanyak 182. Satwa di KBS yang dinilai kelebihan antara lain, komodo ada 70 ekor padahal idealnya 15 pasang, curik Bali ada 170 ekor idealnya 10 pasang, bekantan ada 60 ekor, pelikan ada 100 ekor idealnya 30 ekor, serta harimau ada sembilan ekor.