Jumat 08 Apr 2016 22:08 WIB

LIPI Eksplorasi Biodiversitas di Timur Indonesia

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yudha Manggala P Putra
Gedung LIPI
Foto: Antara
Gedung LIPI

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melibatkan peneliti berbagai disiplin ilmu untuk menyelenggarakan Ekspedisi Widya Nusantara (E-WIN) di sejumlah daerah. Mereka akan melakukan ekspedisi penelitian di wilayah yang potensi biodiversitasnya belum diketahui.

Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI, Enny Sudharmonowati menjelaskan, kawasan timur Indonesia ini diyakini unik. Hal ini karena adanya interaksi antara Arus Lintas Indonesia (Arlindo) dengan fitur geografi dan geologi yang kompleks. Fitur oseanografi yang sangat berpengaruh di kawasan ini, yakni arus laut yang disebut South Java Current (SJC).

“Dan pergerakan arus ini diyakini memicu terjadinya upwelling (penaikan massa air laut dari suatu lapisan dalam ke lapisan permukaan—Red) yang sangat penting bagi sumber daya perikanan,” ungkap Enny di Gedung LIPI Jakarta, Jumat (8/4).

Selain SJC, Enny menerangkan, terdapat proses fisika yang juga diyakini sangat penting di kawasan Sumba. Hal tersebut adalah tidal mixing yang merupakan pencampuran massa air karena pasang surut.

Menurut Enny, data mengenai proses ini sangat penting. Data itu bisa untuk pemodelan iklim global, dan prediksi suhu muka laut. Di samping itu untuk pemahaman sumber daya perikanan juga.

LIPI mengatakan tidak hanya Pulau Sumba yang akan dieksplorasi LIPI tapi Gunung Gandang Dewata, Sulawesi Barat dan Kabupaten Tambrauw, Papua Barat juga. Kedua wilayah ini, dia menambahkan, masih sangat minim data keanekaragaman hayatinya. Kabupaten Tambrauw sendiri merupakan wilayah baru dan telah mencanangkan diri untuk menjadi kabupaten konservasi.

 Enny juga menambahkan, kegiatan eksplorasi ke wilayah Papua Barat merupakan bagian dari Ekspedisi NKRI bersama Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD. Sebanyak 97 peneliti dan teknisi akan diturunkan di wilayah tersebut.  

Dengan adanya kegiatan eksplorasi ini, Enny berharap ini dapat menjadi masukan bagi pemerintah lokal. Ia mencontohkan ini bisa menjadi acuan pengelolaan sumber alam berupa, rekomendasi pengelolaan sumber daya alam baik darat maupun laut, rekomendasi kebijakan, mitigasi dan adaptasi bencana. “Serta untuk penguatan kapasitas pemangku kepentingan (pemerintah dan masyarakat) juga,” terangnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement