REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dirjen Bina Pelatihan dan Produktivitas Kerja Kementerian Ketenagakerjaan Khairul Anwar mengatakan, berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) per Agustus 2015, jumlah angkatan kerja Indonesia berjumlah 122,38 juta orang.
Sebanyak 114,82 juta orang telah bekerja dan 7,56 juta belum bekerja. Dari tingkat pendidikan, sekitar 50,38 juta angkatan kerja Indonesia berpendidikan SD ke bawah telah bekerja, dan 1,44 juta belum bekerja. Untuk tingkat pendidikan Menengah Pertama (SMP/sederajat), 20,7 juta telah bekerja dan 1,37 juta belum bekerja.
"Tingkat pendidikan menengah atas (SMA/MA/SMK/sederajat) sebanyak 30,36 juta telah bekerja dan 3,38 juta belum bekerja. Sedangkan tingkat pendidikan Diploma/Sarjana ke atas, sebanyak 12,64 juta telah bekerja dan 0,9 juta belum bekerja," katanya, Jumat (8/4).
Dari data di atas, hampir separuh 47,1 persen dari tenaga kerja Indonesia adalah lulusan SD ke bawah. Hal tersebut menempatkan tenaga kerja Indonesia pada posisi yang tidak menguntungkan.
"Tenaga kerja akan sulit terserap ke dunia kerja tanpa kualifikasi ketrampilan dan keahlian yang cukup. Kondisi kualitas sumber daya manusia dan ketenagakerjaan yang kurang berkualitas ini tercermin juga dari peringkat Human Development Index (Indeks Pembangunan Manusia/IPM) yang dikeluarkan oleh UNDP, Indonesia masih berada di kategori medium, dengan rata-rata pertumbuhan IPM 1,06 persen dan mendapat skor 0,684," katanya.
Pada 2014, Indonesia masih berada di posisi 110 dunia. Pada tahun yang sama, Negara ASEAN lain seperti Singapura, menempati urutas 11 dunia, dengan rata-rata pertumbuhan 1 persen dan skor 0,912. Makanya Singapura masuk pada kelompok dengan pertumbuhan sangat tinggi.
Untuk itu, segenap elemen masyarakat diharap untuk turut berpartisipasi dalam mendorong pelatihan kerja berbasis kompetensi tersebut. Dengan adanya komitmen bersama, dia mengatakan, upaya meningkatkan kompetensi dan daya saing nasional akan lebih optimal. “Hal ini dalam rangka menjamin SDM kita, benar-benar menjadi SDM yang kompetitif dan berdaya saing," Khairul.