Rabu 06 Apr 2016 18:06 WIB

Nilai Tukar Petani di Kaltim Masih Lemah

Petani
Foto: wordpress
Petani

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Kalimantan Timur dalam beberapa tahun terakhir masih lemah karena masih di bawah angka keseimbangan 100, sehingga menggambarkan hasil panen belum mampu mencukupi daya beli.

"Misalnya pada Maret 2016, keseluruhan NTP Kaltim hanya 97,46. Tapi kalau dihitung per subsektor, maka NTP Peternakan menempati posisi tertinggi yang mencapai 104,68," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kaltim M Habibullah di Samarinda, Rabu.

Kemudian NTP subsektor tanaman pangan hanya tercatat 96,31, selanjutnya NTP tanaman hortikultura tercatat lebih rendah yang hanya 91,52, NTP tanaman perkebunan rakyat tercatat 97,74, dan NTP perikanan sebesar 98,72.

Sejak dulu, lanjutnya, NTP Kaltim masih di bawah 100, misalnya pada Februari 2016 tercatat 97,60, pada Januari 2016 tercatat 97,46, sedangkan sepanjang 2015 angkanya juga masih di sekitar angka tersebut dan masih di bawah 100, kecuali untuk NTP subsektor peternakan yang berfluktuasi di atas angka 100.

Menurutnya, jika NTP di bawah 100, maka petani masih merugi, karena penghasilan dari penjualan produksi pertaniannya masih lebih rendah ketimbang biaya yang harus dikeluarkan untuk kebutuhan pokok rumah tangga.

Sebaliknya, jika NTP-nya di atas 100, maka petani mendapat keuntungan karena hasil penjualannya produk pertanian mereka lebih tinggi ketimbang biaya yang dikeluarkan untuk membeli kebutuhan rumah tangga.

"Sementara jika NTP-nya pas 100, maka petani tidak untung dan tidak rugi karena biaya perawatan untuk tanaman, ternak, maupun perikanan, sama dengan biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan keluarga sehari-hari," katanya.

Menurutnya, NTP diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani, sehingga merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan daya beli petani di pedesaan, sedangkan di perkotaan menggunakan ukuran inflasi.

"NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, maka semakin kuat tingkat daya beli petani," katanya

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement