REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Badan Nasional Penanggulangan Teroris mengajak penggiat dunia maya untuk mencegah penyebaran paham radikal dan menjadi agen jurnalisme damai. Ajakan itu dilakukan dengan "Pelatihan Duta Damai Dunia Maya" yang diselenggarakan Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) di salah satu hotel berbintang di Medan, Selasa (5/4) malam.
Dalam pelatihan selama tiga hari tersebut, BNPT mengundang 20 blogger, 20 penggiat IT, dan 20 aktivis Desain Komunikasi Visual dari sejumlah provinsi di Pulau Sumatera.
Kasubdit Pengawasan dan Cegah Propaganda BNPT Kolonel Inf Dadang Hendrayudha mengatakan, pelibatan penggiat dunia maya itu diperlukan untuk mengantisipasi perubahan pola aksi kelompok radikal yang selama ini melakukan teror.
Sebelumnya, kelompok radikal tersebut menggunakan empat pola perekrutan lama yakni jalur kekeluargaan, pertemanan, ketokohan, dan lembaga keagamaan. Pola lama tersebut dinilai kurang efektif dan lebih terbuka sehingga gerakan radikal tersebut mudah diketahui. Karena itu, kelompok-kelompok radikal tersebut menggunakan pola baru dengan menggunakan perangkat dunia maya seperti website, media sosial, dan sosial messenger dalam menyebarkan propaganda dan merekrut calon anggota baru.
Pola itu juga yang diterapkan kelompok bersenjata ISIS yang mempunyai pasukan cyber untuk memengaruhi masyarakat melalui dunia maya. Pola radikalisme baru di dunia maya tersebut memunculkan radikalisme di lingkungan remaja, kalangan terdidik, dan ruang terbuka.
Dari data yang didapatkan BNPT, terdapat perkembangan yang cukup mengkhawatirkan terkait website yang dimiliki kelompok tersebut, terutama kelompok bersenjata ISIS.
Pada tahun 1998, jumlah website yang menyebarkan propaganda radikal itu hanya 12 buah. Namun meningkat menjadi 2.650 website pada tahun 2003. Sedangkan pada Januari 2014, jumlahnya meningkat drastis mencapai sekitar 9.800 website.
"Semuanya berisi konten negatif dan propaganda," katanya.