Selasa 05 Apr 2016 19:22 WIB

Ini Cara Mengolah Sampah Rumahan

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Andi Nur Aminah
  Warga membakar sampah dipinggir jalan. (ilusrasi)
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Warga membakar sampah dipinggir jalan. (ilusrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Perekayasa Utama, Badan Pengkajian  dan Penerapan Teknologi (BPPT), Syah Johan Ali Nasiri, berpendapat pembakaran sampah menjadi solusi yang lebih baik dalam mengelola sampah. Namun ini bukan berarti pembakaran secara kecil-kecilan yang dilakukan masyarakat di perumahan. 

Pria yang biasa disapa Johan ini menerangkan, proses ‘dibakar’ ini bukan berarti dilakukan secara individu di rumah-rumah yang sampahnya relatif kecil. Kalau ini dilakukan, dampak negatif tentu tetap muncul. Dengan kata lain, asap yang dikeluarkan jelas masih menjadi gangguan terhadap lingkungan sekitar. 

“Kalau tidak sempurna pembakarannya, ini tentu bisa menghasilkan asap atau debu yang tidak baik bagi lingkungan,” tambah dia dalam workshop ‘Mengenal Lebih Dekat Plastik’ di Pusat Penelitian dan IPTEK (Puspiptek) Serpong, Tangerang Selatan, Selasa (5/4).

Menurut Johan, pusat pembakaran sampah yang dilakukan secara industri merupakan hal yang perlu dilakukan pemerintah. Pusat ini nantinya bertugas untuk membakar sampah secara industri dengan suhu 850 hingga 1100 derajat Celsius saat dibakar. Jika proses ini dilakukan, dampak negatif seperti menghasilkan gas metana tidak akan muncul. Bahkan, upaya ini bisa menghasilkan energi 2/3 MwH per ton sampahnya.

Untuk bisa mengatur limbah sampah, Johan menjelaskan, masyarakat hanya perlu pemisahan antara sampah organik maupun non organik. “Cara ini jadi lebih mudah di-handle saat dibuang ke pembuangan sampah,” kata Johan .

Pada kesempatan sama, Manager Pengujian Badan Teknologi Polimer (BTP), Syuhada mengatakan, proses pemisahan ini sebenarnya sangat mudah dilakukan. Namun pada kenyataan di lapangan masih belum terealisasikan dengan baik. “Ini sepertinya kurang tersosialisasikan ke masyarakat,” kata wanita yang biasa disapa Ida ini.

Menurutnya, masyarakat hanya perlu memisahkan kedua jenis sampah tersebut. Dengan demikian dapat memudahkan para pemulung atau pihak terkait untuk mengelola masing-masing sampah tersebut.

(Baca Juga: Manajemen Pengolahan Sampah Indonesia Dinilai Masih Kurang) 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement