Senin 04 Apr 2016 02:09 WIB

Kolonial Wariskan Sikap Minder dan Rendah Diri

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Achmad Syalaby
Ilustrasi tentara Belanda pada 1942
Foto: hellfire-pass.commemoration.gov.au
Ilustrasi tentara Belanda pada 1942

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Penjajahan selama 350 tahun oleh kolonial Belanda tanpa disadari telah membentuk predisposition construct pada diri sumber daya manusia (SDM) bangsa Indonesia. 

Predispositioning construct yang dimaksud seperti sikap minder, kurang percaya diri, tidak berani mengambil inisiatif serta cenderung menunggu dan lainnya, yang jamak ditemui pada masyarakat.

Hal ini terungkap dalam Seminar Nasional Empowering Self yang digelar Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang, akhir pekan lalu.

Guru Besar Bidang Psikologi Klinik Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Kwartarini Yuniarti PhD Psi yang menjadi pembicara dalam seminar nasional ini mengatakan, 350 tahun merupakan waktu yang cukup untuk ‘merubah’ mental generasi.

 Ia melihat, dalam kondisi seperti ini akan semakin menghawatirkan jika bangsa Indonesia mengaktivasi mental yang telah ‘disuntik’ oleh penjajah tersebut. Seperti politik devide et impera atau politik memecah belah serta kolonialisasi atau semangat penindasan. “Bagaimana tidak mengkhawatirkan, perbedaan bisa menjadi sumber pertengkaran, beda sedikit mudah bertengkar,” jelasnya.

Kwartarini juga menjelaskan, sangat penting bagi para generasi muda --saat ini-- untuk memiliki identitas yang jelas dan bangkit dari mental yang terjajah dengan fokus pada prioritas- prioritas pembinaan mental.

Dalam hidup, bangsa ini tidak lagi inferior atau rendah diri di hadapan orang lain maupun  bangsa lain. Namun tetap memiliki identitas sebagai bagian dari bangsa yang memiliki keberanian dan mental yang lebih kuat.

Lebih lanjut, ia juga mengajak sedikitnya 400 peserta perwakilan perguruan tinggi (PT) yang hadir untuk tidak mudah merasa minder dan menyadari potensi besar yang telah dititipkan Tuhan. Dia menjelaskan, sesungguhnya setiap manusia memiliki ‘kontrak’ hidup dengan penciptanya, bukan dengan penjajah. Sehingga pantang merendahkan derajat diri sendiri di depan orang lain.

 “Karena Tuhan telah memberikan potensi dan derajat yang tinggi, dibandingkan dengan  mahluk yang lainnya,” tegas Kwartarini.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement