Selasa 29 Mar 2016 07:56 WIB

Pesisir Selatan Banten Rawan Gempa Tsunami

Gempa Bumi
Gempa Bumi

REPUBLIKA.CO.ID, ANYER -- Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan pesisir pantai selatan Provinsi Banten masuk dalam kategori rawan gempa bumi dan tsunami.

"Kami terus meningkatkan pemahaman kepada masyarakat untuk mengurangi resiko kebencanaan agar tidak menimbulkan korban jiwa," kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Jakarta Muhammad Riyadi saat acara "Gladi Ruang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami Penguatan UPT BMKG dan BPBD" di Hotel Aston, Anyer, Banten, Senin (28/3).

Kegiatan Ruang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami Penguatan UPT BMKG dan BPBD dihadiri dari perwakilan kelompok BPBD,TNI/POLRI,Camat/lurah/desa,sekolah,SKPD dan media. Saat ini, pantai Selatan Banten berpotensi gempa bumi dan tsunami karena letaknya berada pada pertemuan tiga lempeng/kerak bumi aktif.

Ketiga lempeng aktif tersebut adalah Lempeng Indo-Australia di bagian selatan, Lempeng Eurasia di bagian utara dan Lempeng Pasifik di bagian timur. Potensi gempa bumi dan tsunami cukup berpeluang di wilayah pesisir Selat Sunda Provinsi Banten.

Selain itu juga potensi gempa bumi dan tsunami terjadi pesisir Aceh, Padang, Sumatera Selatan, Selat Sunda dan selatan Pulau Jawa.

Untuk itu, pesisir selatan Provinsi Banten berpotensi gempa bumi dan tsunami mulai pesisir pantai Merak, Cigading, Anyer, Carita, Panimbang, Sumur, Binuangeun, Malingping, Bayah hingga perbatasan dengan Sukabumi. "Kami minta warga pesisir selatan Banten tetap meningkatkan kewaspadaan terhadap gempa dan tsunami untuk meminimalisasi korban jiwa," katanya menjelaskan.

Menurut dia, sejauh ini ilmu pengetahuan teknologi juga peralatan secanggih apapun belum mampu mendeteksi secara persis waktu terjadinya gempa dan tsunami. Karena itu, pihaknya berharap peringatan dini gempa dan tsunami harus secepatnya dilakukan sehingga masyarakat pesisir pantai selatan Banten bisa terselamatkan dari bencana tsunami tersebut.

Penyelamatan membutuhkan waktu selama 10 menit setelah terjadi gempa, sehingga korban tidak berjatuhan. "Kita prihatin gempa dan tsunami di Aceh tahun 2004 lalu menewaskan ratusan ribu orang, perumahan, jalan dan jembatan serta kerugian Rp 45 triliun akibat ketidaktahuan pemahaman masyarakat terhadap bencana tsunami itu," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement