Selasa 29 Mar 2016 07:48 WIB

UNICEF: Asia Tenggara Miliki Masalah Obesitas dan Gizi Buruk

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Esthi Maharani
Obesitas
Foto: Reuters
Obesitas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan dunia yang menangani anak-anak (UNICEF), bersama WHO dan ASEAN merilis laporan terkait tantangan ganda yang dihadapi anak-anak di Asia Tenggara. Laporan ini menjelaskan beberapa negara ASEAN menghadapi krisis simultan gizi, dan ada juga anak-anak dengan kelebihan berat badan (obesitas).

Beban ganda malnutrisi inilah yang terjadi di negara-negara berpenghasilan menengah seperti Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand.

"Banyak negara di Asia Tenggara memiliki keuntungan ekonomi yang mengesankan dalam dekade terakhir, sehingga mengangkat jutaan anak-anak keluar dari kemiskinan," kata penasihat nutrisi UNICEF untuk Asia Timur dan Pasifik, Christiane Rudert seperti dikutip dari situs www.un.org pada Senin (28/3).

Namun katanya, pada saat yang sama muncul kondisi obesitas, yang biasanya dikaitkan dengan negara-negara berpenghasilan tinggi. Di Indonesia, proporsi yang dilaporkan persis sama, yakni 12 persen dari anak-anak kelebihan berat badan dan 12 persen yang terlantar. Di Thailand, kelebihan berat badan keduanya meningkat: antara tahun 2006 dan 2012 dari 8 persen menjadi 11 persen, sedangkan kekurangan gizi meningkat dari 5 persen sampai 7 persen.

Menurut temuan, penyebab kelebihan berat badan dan kekurangan gizi saling terkait. Yakni, seorang anak yang pertumbuhan terhambat pada anak usia dini berisiko lebih besar untuk menjadi gemuk di kemudian hari. Risiko kelebihan berat badan naik dengan peningkatan konsumsi makanan cepat saji dan minuman tertentu.

Selain itu juga, aktivitas fisik dan gaya hidup menetap ini merupakan tren yang meningkat di banyak negara di kawasan ini, dan memberikan kontribusi signifikan terhadap prevalensi tumbuh dari penyakit kronis seperti diabetes dan jantung.

Sementara kekurangan gizi, selain karena kemiskinan, faktor lain yakni kurang makanan bergizi, praktik pemberian makan bayi yang buruk, air bersih tidak memadai dan sanitasi. Laporan ini menemukan bahwa kekurangan gizi dengan prevalensi tertinggi berada di Kamboja, Laos dan Myanmar, serta di wilayah Indonesia dan Filipina.

Padahal, studi menemukan malnutrisi pada anak memiliki dampak yang signifikan pada ekonomi negara. Yakni mengurangi produktivitas orang tua dan menciptakan beban pada sistem perawatan kesehatan, menyebabkan kecacatan dan bahkan kematian, hingga mengurangi potensi tenaga kerja.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement