Senin 28 Mar 2016 20:38 WIB

Pedagang Pasar Sumber Siap Patungan Bangun Pasar Sendiri

Rep: Lilis Handayani/ Red: Hazliansyah
Ribuan Massa yang terdiri dari pedangan pasar Sumber, warga komunitas tukang ojek dan tukang becak, sopir angkot, karang taruna dan mahasiswa demo ke kantor Bupati Cirebon, Senin (28/3).(Republika/Lilis Sri Handayani)
Foto: Lilis Sri Handayani/Republika
Ribuan Massa yang terdiri dari pedangan pasar Sumber, warga komunitas tukang ojek dan tukang becak, sopir angkot, karang taruna dan mahasiswa demo ke kantor Bupati Cirebon, Senin (28/3).(Republika/Lilis Sri Handayani)

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Para pedagang pasar Sumber, Kabupaten Cirebon, siap patungan untuk membangun sendiri pasar permanen di bekas pasar lama yang terbakar. Hal itu akan mereka lakukan jika Pemkab Cirebon tetap bersikukuh memutuskan merelokasi pasar ke lokasi lain.

"Kalau memang sudah buntu, kami harus siap patungan," ujar salah seorang pedagang kain di pasar Sumber, Safii, Senin (28/3).

Keputusan para pedagang untuk bisa kembali berjualan di bekas pasar lama yang terbakar merupakan harga mati. Mereka menolak dengan tegas opsi relokasi yang ditawarkan Pemkab Cirebon.

Safii mengatakan, bekas pasar lama Sumber yang terbakar merupakan pasar bersejarah yang sangat dekat dengan kehidupan warga setempat. Pasar itu juga merupakan embrio kehidupan ekonomi dan perdagangan di wilayah tersebut.

"Pasar Sumber adalah pasar induk di Kabupaten Cirebon," terang pria yang telah puluhan tahun berjualan di pasar Sumber itu.

Hal senada diungkapkan Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Sumber, Ridwan. Dia menyatakan, jika memang Pemkab Cirebon tidak mau membangun pasar permanen di bekas pasar lama yang terbakar, maka pedagang siap membangunnya sendiri.

"Kami akan patungan untuk membangun pasar tradisional mandiri," tegas Ridwan.

Ridwan menyebutkan, para pedagang di pasar Sumber berjumlah sekitar 1.250 orang. Mereka merupakan pedagang yang menempati kios, los maupun lemprakan.

"Kami berharap pasar (di lokasi lama) dibangun kembali secara permanen dan kami semua pindah ke lokasi itu lagi," kata Ridwan.

Ridwan menyatakan, rencana relokasi ke Kelurahan Kenanga sangat tidak menguntungkan bagi pedagang. Selain sepi karena jauh dari pemukiman penduduk, daerah tersebut juga dekat dengan sebuah pasar modern.

"Bisa dibayangkanlah kalau pasar tradisional dekat dengan pasar modern. Pasti orang-orang akan lebih memilih belanja di pasar modern," tutur Ridwan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement