REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI—Maraknya kasus flu burung mulai memberikan dampak pada peternak unggas lokal. Pasalnya, akivitas usaha peternak mulai pembibitan hingga pemasaran akan terganggu.
"Dampaknya, usaha peternakan ayam lokal mulai dari hulu atau pembibitan sampai hilir (pemasaran) akan terganggu,’’ ujar Ketua Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (Himpuli) Ade M Zulkarnain Senin (28/3).
Peternak pun meminta pemerintah pusat dan provinsi untuk serius mengatasi permasalahan tersebut. Himpuli ujar Ade, telah meminta Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian dan Dinas Peternakan Jabar untuk menghentikan sementara pengiriman DOC dari Jabar ke daeran lain. Selain itu pemerintah harus turun tangan memeriksa breeder atau pembibit ayam lokal di Jabar.
Pemeriksaan itu ungkap Ade, untuk memantau apakah pembibitan sudah sesuai dengan standar pembibitan dan standar biosecurity.’’ Jika mereka memang sudah sesuai standar pembibitan maka pembibit boleh menjual DOC nya.Namun kata Ade, kasus flu burung di Jawa Barat lebih banyak didominasi pada burung puyuh dan ayam ras. Sementara untuk ayam kampung sedikit kasusnya.
Seperti diketahui, di awal 2016 ini tercatat sebanyak empat kecamatan di Sukabumi yang ditemukan kasus unggas positif flu burung. Ke empat kecamatan itu yakni Tegalbuleud, Sagaranten, Cikidang, dan Kabandungan. ‘’ Kita akan galakan upaya restrukturisasi perunggasan,’’ ujar Kepala Dinas Peternakan (Disnak) Kabupaten Sukabumi Iwan Karmawan kepada wartawan Senin (28/3).
Terutama, dalam penataaan peternak atau warga yang memelihara unggas di dekat permukiman warga.Ke depan ujar Iwan, warga dilarang memelihara unggas sekitar 100 meter dari rumah. Saat ini diperkirakan masih ada sejumlah warga yang mengabaikan hal tersebut.