Senin 28 Mar 2016 17:48 WIB

Seribuan Unggas di Jatim Tewas karena Flu Burung

Rep: Binti Sholikah/ Red: Achmad Syalaby
Flu burung, ilustrasi
Foto: Antara
Flu burung, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA – Kasus flu burung (H5N1) yang menimpa unggas di Provinsi Jawa Timur bertambah. Setelah Banyuwangi dan Lamongan pada awal Maret 2016, kasus flu burung kembali dilaporkan di Desa Pajangan Kecamatan Sidodadi, kabupaten Lamongan, dan di Kecamatan Kunir kabupaten Lumajang.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Jawa Timur, Iswahyudi, mengatakan, di Sidodadi, Lamongan, flu burung menyerang ayam petelur. Jumlah kematian sebanyak 40 ekor unggas dari total populasi 250 ekor. 

Kasus tersebut dilaporkan pada 21 Maret 2016. Sedangkan di Lumajang, flu burung menyerang itik dengan kematian sebanyak 1.000 ekor dari total populasi 13 ribu ekor unggas. Kasus di Lumajang dilaporkan pada 25 Maret 2016.  “Melalui uji cepat flu burung dinyatakan positif,” kata Iswahyudi saat dihubungi Republika.co.id, Senin (28/3). 

Iswahyudi menjelaskan, rata-rata peternak terlambat satu pekan dalam melaporkan kasus flu burung kepada petugas. Karena itu, ia meminta partisipasi masyarakat untuk segera melaporkan jika terjadi kasus kematian unggas secara mendadak. Sebab, jumlah petugas dinas peternakan cukup terbatas, yakni satu petugas di satu kecamatan yang rata-rata terdapat 25 desa. 

Di sisi lain, kasus flu burung di musim penghujan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dari Januari sampai Maret 2016 ini kasus flu burung dilaporkan di tiga kabupaten di empat lokasi, dibandingkan tiga bulan pertama pada 2015 ada tujuh kasus. Meski demikian jumlah kematian unggas trennya mengalami penurunan dari tahun ke tahun. 

Ia menambahkan, seluruh wilayah di Pulau Jawa termasuk kategori daerah endemis dengan risiko tinggi kasus flu burung. Artinya, setiap tahun muncul kasus flu burung di Pulau Jawa. Wilayah lain di luar Pulau Jawa seperti Sulawesi Selatan dan Lampung juga termasuk risiko tinggi. Kalimantan dan Bali termasuk risiko sedang, sedangkan Papua termasuk risiko rendah. 

Iswahyudi menyebutkan, kasus flu burung di Jatim sudah ada mutasi dari tahun ke tahun, tapi belum mengubah clade (jenis). Artinya mutasinya sangat kecil.  Ia menjelaskan, virus flu burung yang menyerang unggas itu tipe influenza A (A1), dengan sub tipe H5N1. Clade H5N1 yang menyerang itik adalah 2.3.2, sedangkan H5N1 yang menyerang ayam clade-nya 2.1.3. 

“Untuk melihat mutasi atau tidak itu dilihat dari asam amino, untuk sementara yang menyerang Banyuwangi dan Lumajang masih clade yang sama,” ungkap Iswahyudi. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement